Tujuan :
1.
Mengetahui
bagian-bagian Mikrolab 300.
2.
Menyalakan,
mengoperasikan dan mematikan Mikrolab 300
Prinsip :
Mampu menguraikan cahaya
menjadi spektrum cahaya dengan daerah panjang gelombang yang sempit.
A.
Cara
menyalakan alat Mikrolab 300 :
1.
Tekan stavol.
2.
Mikrolab
dihidupkan dengan menekan tombol “ON”
tunggu 5 menit.
3.
Mikrolab
menunjukkan “end of day maintence”.
4.
Bila
keluar dilayar “flash the flox cell” tekan 12 sampai menyala.
5.
Bila
mikrolab sudah selesai mengisap aquadest maka akan keluar menu dengan cara
menekan “skip”.
6.
Mikrolab
300 siap digunakan.
B.
Cara
program alat mikrolab 300.
1.
Mikrolab
300 dinyalakan, pada layar tampak :
a.
Measure
b.
Evalavte
test
c.
Quality
control
d.
Program
e.
User
maintence
f.
Shut down
2.
Tekan
(No.4) di layar tampak permintaan password.
3.
Klik next,
tekan enter, isilah nama test dan data yang ada.
4.
Turunkan
kursor ke setting – isi permintaan password yang ada.
5.
Turunkan
kursor ke limit – isi semua permintaan.
6.
Yang
menggunakan standard, turunkan kursor ke standard dan isi seperti perintah yang
ada di monitor.
7.
Setelah
selesai semua bila ingin program log tekan next seperti langkah no. 3 sampai
dengan 6.
C.
Cara
melakukan pemeriksaan alat Mikrolab 300
1.
Mikrolab
dinyalakan.
2.
Dilayar
tampak main menu.
3.
Pilih no.1
tekan enter, layar tampak program test menu.
4.
Pilih test
yang akan di lakukan dengan menurun dan menaikkan kursor lalau tekan enter kemudian dilayar tampak
“Measure Enter”.
5.
Aquadest
diisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagent blank”.
6.
Isap
reagent blank tunggu sampai di layar
a.
Yang di
pakai standar muncul :
·
Measure
·
Factor
·
Replication
·
Deviation
·
Standart
b.
Yang tidak
dipakai standart, muncul :
·
Measure
sampel
·
Patient
name
·
Sampel
code
·
Replication
7.
Kemudian
isap test untuk sampel dan untuk setiap ganti sampel tekan dulu next sampai selesai.
8.
Setelah
selesai semua isap aquadest dengan menekan flush, biarkan beberapamenit
kemudian tekan lagi flush.
9.
Apabila
berganti ke test yang lain maka tekan back dan enter.
D.
Cara
mencuci Mikrolab 300.
1.
Letakkan
5% sputoflavol dalam botol dibawah sipper.
2.
Tekan
flush dan biarkan 10 menit.
3.
Ganti
dengan aquadest dan biarkan 2 menit.
4.
Tekan
flush.
5.
Setelah
itu matikan alat dan biarkan aquadest yang masih ada.
6.
Jangan
lupa cabut kabelnya dan matikan listriknya.
E.
Cara
memprogram SGOT pada Mikrolab 300.
1.
Mikrolab
dinyalakan muncul “test menu” lalu tekan ”back”.
2.
Tekan
program.
Isi password dengan nama (contoh: Paul) maka dilayar akan muncul,program
test menu (klik next).
3.
Klik next
akan tampak “test protocol data”, isi :
a.
General
b.
Setting
c.
Limit
d.
Calibration
e.
Standards
4.
Klik general,
layar akan muncul :
√
|
5.
Pilih
setting, layar akan muncul :
a.
Mode
b.
Wave
lingth 340/17597
c.
Volume 400
d.
T. Factor
1
e.
Delay 20
f.
Meas-time
40
6.
Pilih
“Limits”, layar akan muncul :
L.Abs
HABs
REF.LOX
REF.HIGH
DECIMALS
L.ABSRB
H.ABSRB
7.
Pilih
calibration, layar akan muncul :
Metode replication H.ABS
Name L.ABS
8.
Pemograman
selesai.
F.
Cara
melakukan pemeriksaan Microlab 300 (Pemeriksaan SGOT)
1.
Microlab
dinyalakan.
2. Dipilih “Measure”, tekan “Enter” dilayar muncul
program test menu.
3. Dipilih program SGOT, dilayar tampak “Measure Water”
4. Kemudian isaplah aquadest dan biarkan sampai berganti
menjadi
Measure
Result
5. Diisap test dan setiap untuk ganti sampel tekan dulu
“Next” sampai selesai.
6. Print hasil.
7. Isaplah aquadest dengan menekan “Flush”, biarkan
beberapa menit, kemudian tekan lagi “Flush”.
8. Matikan Microlab 300.
G.
Jadwal
perawatan dan perbaikan Microlab 300
1.
Pergantian
Test.
a.
Letakkan
“Neutral deterjen solution 5%” di sipper tube (contoh Labpro Neutral O2.
b.
Tekan
tombol “flush”, biarkan flushing 2 menit.
c.
Biarkan
aquadest dibawah sipper tube.
d.
Tekan
tombol flush.
e.
Biarkan
proses flushing selama 1 menit.
2.
Perawatan
setengah hari.
a.
Letakkan
98% methanol di sipper tube.
b.
Tekan
tombol “flush”.
c.
Biarkan
flushing selama 2 menit.
d.
Letakkan
aquadest dibawah sipper tube.
e.
Tekan
tombol “flush”.
f.
Biarkan
proses flushing selama 1 menit.
3.
Perawatan
harian.
a.
Letakkan
5% Labpro Neutral O2 solution di sipper tube.
b.
Tekan
tombol “flush”.
c.
Biarkan
flushing selama 10 menit.
d.
Letakkan
aquadest dibawah sipper tube.
e.
Tekan
tombol “flush”.
f.
Biarkan
proses flushing selama 2 menit.
g.
Matikan
instrumen, biarkan aquadest ada didalam cuvete.
Jangan
pernah membiarkan sampel atau campuran reagen didalam cuvete untuk jangka waktu
yang lama.
Labpro
Neutral O2 (Cat : 20102) cairan pencucian atau cleaning.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel
atau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur
enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya
digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau
kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini
dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan
hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu
seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari
pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan,
tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan
tes lain yang mungkin memerlukan persiapan khusus.
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam
tubuh manusia. Berlokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik
rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan
dan unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh. Ia juga menghasilkan faktor-faktor,
protein dan enzim pembekuan darah, membantu keseimbangan hormon, serta
menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh hati,
dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna
lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan
kemudian.
Pelbagai penyakit & infeksi
dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan,
luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati. Alkohol,
obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan
ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan
gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang,
pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah
secara tiba-tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna
minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui kadar SGOT dalam darah.
C.
Manfaat
Untuk mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati.
D.
Prinsip
Komponen reagen (2 oxoglutase ) bereaksi dengan 1-aspartat menghasilkan
L-glutamat yang bersifat stabil dan oxaloacetat bereaksi dengan NADH + H+ menghasilkan
L-malat + NAD+ dan kemudian terbentuk warna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tes Fungsi Hati
Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya,
mengukur enzim, protein dan unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati
dan dipengaruhi oleh kerusakan hati. Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang
rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan hati yang menurun dalam melakukan
satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan bersamaan, tes ini memberikan
dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi keparahan akan
kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan
merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya.
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan
pada contoh darah yang diambil. Ini bisa meliputi:
a) Alanine Aminotransferase
(ALT) — suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling baik untuk
memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate
Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel
rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
b) Alkaline Phosphatase
(ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu; seringkali meningkat
jika terjadi sumbatan.
c) Aspartate Aminotransferase
(AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di tubuh seperti
jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic
Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya
meningkat pada infeksi akut.
d) Bilirubin
– biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice):
Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk
untuk mengukur bentuk yang terkonjugasi.
e) Albumin
– mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat
protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
f) Protein
total – mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk
antibodi guna memerangi infeksi.
Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan
mungkin diperlukan untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase),
LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati
bisa disarankan untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang
memiliki riwayat diketahui atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka
yang merupakan peminum berat; individu dengan riwayat keluarga menderita
penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati, beberapa di antaranya adalah:
kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual, muntah, pembengkakan
atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang,
pruritus (gatal-gatal).
Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan
untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan penyebab
kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati
biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan
terapi atau perjalanan penyakit.
E.
Manfaat
Test Fungsi Hati
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik
untuk kondisi spesifik; mereka mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan
ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang tidak memperlihatkan gejala atau
tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi hati yang
abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu
yang terjadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau
jantung. Namun juga bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan
tes lebih lanjut dan/atau pemantauan secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara
bersama-sama. Jadi beberapa set tes dalam periode tertentu dilihat apakah
memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki sebuah set tes fungsi hati
yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Seorang dokter
mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang
kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati
tersebut.
Tabel berikut menunjukkan beberapa kombinasi hasil yang
mungkin ditemukan pada beberapa tipe kondisi/penyakit hati tertentu.
Jenis Kondisi
|
Bilirubin
|
ALT & AST
|
ALP
|
Albumin
|
PT
|
Kerusakan
hati akut (infeksi, racun, obat)
|
Normal
atau meningkat biasanya setelah peningkatan ALT & AST
|
Biasanya
sangat meningkat; ALT umumnya lebih tinggi daripada AST
|
Normal
atau hanya meningkat sedikit
|
Normal
|
Biasanya
normal
|
Penyakit
hati kronis
|
Normal
atau meningkat
|
Sedikit
meningkat
|
Normal
atau sedikit meningkat
|
Normal
|
Normal
|
Hepatitis
alkoholik
|
Normal
atau meningkat
|
AST
biasanya dua kali kadar ALT
|
Normal
atau lumayan meningkat
|
Normal
|
Normal
|
Sirosis
|
Bisa
jadi meningkat tapi hanya pada kondisi yang sudah berlanjut
|
AST
biasanya lebih tinggi dari ALT, namun kadarnya biasanya lebih rendah
daripada penyakit alkoholik
|
Normal
atau meningkat
|
Biasanya
menurun
|
Biasanya
memanjang
|
F.
Pemeriksaan
SGOT
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat
aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan
hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan
pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera
seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada
infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya
24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6
hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan
dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih
dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa
secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer,
atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer.
Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki
: 0 – 50 U/L dan Perempuan : 0 – 35 U/L.
Faktor yang
dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
a. Injeksi per
intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST.
b. Pengambilan
darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST.
c. Hemolisis
sampel darah.
d. Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin,
kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat
dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Cuvet
7. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
3. Tissue
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Reagen
1 : Tris pH = 7,8
L-aspartat
MDH
LDH
2. Reagen
2 : 2-oxoglutarat
Piridoxal-5-phosphat pH = 9,6
Good’s buffer
D.
Prosedur
Kerja
1. Dengan
menggunakan Photometer/ Mikrolab 300
:
a. Pembuatan
monoreagent :
Reagen
1 : Reagen 2
4 : 1
800 µl :
200 µl
b. Pipetkan
ke dalam tabung reaksi :
a) Reagent
start
Monoreagent
|
Tabung
|
Reagen
1
|
800 µl
|
Reagen
2
|
200 µl
|
Campur
selama ± 1 menit
|
b) Sample/ substrat start
Tabung
|
Suhu
250C, 300C
|
370C
|
Sampel
|
200
µl
|
100 µl
|
Monoreagent ( R1 + R2 )
|
1000
µl
|
1000 µl
|
Campur, inkubasi 1 menit pada suhu
yang ditentukan.
Ukurlah kenaikan absorbansi setiap
menit selama 3 menit, dan hitunglah nilai rata-rata per menit (∆A/menit)
|
c. Nilai
Normal :
Jenis
Kelamin
|
25oC
|
30oC
|
37oC
|
Pria
|
< 18
|
< 25
|
< 37
|
Wanita
|
< 15
|
< 21
|
< 37
|
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Nama
pasien : Sri Oktaviani
Umur : 20 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Hasil : 15 µ/L
|
|
Probandus
:
B.
Pembahasan
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
1. Peningkatan tinggi ( > 5 kali
nilai normal ) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps
sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
2. Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai
normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif,
tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis.
3. Peningkatan ringan ( sampai 3 kali
normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
cerebrovascular accident (CVA)
Dari hasil pemeriksaan SGOT/AST,
diperoleh kadar SGOT/AST pasien adalah 15
µ/L, berarti kadar tersebut masih masuk dalam range normal.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Kadar SGOT/AST pasien
dalam darah adalah normal.
B.
Saran
Saran – saran yang
dapat diberikan, yaitu :
1. Pada
saat pemipetan sampel atau reagen, usahakan tidak boleh ada gelembung, karena
dapat mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Gunakan
ADP (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
3. Perhatikan
kebersihan alat, bahan, dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hepatitis
adalah penyakit peradangan atau gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh suatu
infeksi atau keracunan. Salah satu gejala yang mudah terlihat pada penderita
gangguan fungsi hati adalah kulit dan selaput putih mata yang mungkin akan
berubah warna menjadi kuning, sehingga sering disebut oleh masyarakat sebagai
penyakit kuning. Warna kuning ini timbul disebabkan oleh cairan empedu yang
sudah sangat berlebihan kadarnya di dalam darah.
Hepatitis
dapat disebabkan oleh keracunan obat atau berbagai macam zat kimia seperti
karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor dan zat-zat lain
yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, serta berbagai organisme
termasuk kuman dan virus. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup
atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di
dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang
masuk ke dalam tubuh, hati itu sendiri mungkin rusak sehingga tidak dapat lagi
menetralkan racun-racun lain.
Kuman-kuman
yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Kuman ini
masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air yang tercemar. Di dalam
alat-alat pencernaan, kuman tersebut berkembang biak dengan cepat. Kemudian,
beberapa parasit ini diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana mereka
tinggal di dalam kapiler-kapiler darah hati dan menyerang jaringan-jaringan di
dekatnya sehingga menimbulkan radang hati.
Untuk
mengetahui apakah seseorang menderita penyakit hepatitis atau tidak, maka
seorang dokter disamping mencari informasi mengenai perjalanan penyakit yang
dialami, melakukan pemeriksaan fisik secara teliti juga memerlukan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk membantu dalam melakukan diagnosa, antara lain
pemeriksaan biokimia/enzimatik, imunologi, dan pencitraan.
Salah
satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan
pada hati adalah pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein yang dihasilkan
oleh sel hidup dan umumnya terdapat di dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi
kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak
keluar ke ruang ekstra sel dan ke dalam aliran darah sehingga dapat digunakan
sebagai sarana untuk membantu diagnostik penyakit tertentu. Pemeriksaan enzim
yang biasa dilakukan untuk diagnosa hepatitis antara lain:
1. Enzim
yang berhubungan dengan kerusakan sel hati yaitu SGOT, SGPT, GLDH, dan
LDH
2. Enzim
yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantung empedu
(kolestasis) seperti gamma GT dan fosfatase alkali.
3. Enzim
yang berhubungan dengan kapasitas pembentukan (sintesis) hati misalnya
kolinestrase.
Secara laboratoris pemeriksaan
enzim hati pada hepatitis akut didapati adanya peninggian SGOT dan SGPT sampai
20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT (SGOT/SGPT < 0,7).
Selain itu gamma-GT lebih kecil dari SGOT. Albumin dan Globulin dalam batas
kadar normal. Fosfatase alkali dapat meninggi bila terjadi gejala kolestasis
(penyumbatan kantung empedu). Pada hepatitis kronis, dari pemeriksaan
laboratoris didapati adanya peningkatan kadar enzim SGPT 5-10 kali lebih tinggi
dari kadar normal, dan ratio albumin-globulin terbalik.
Untuk menentukan pengobatan yang
akan dilakukan, maka perlu diketahui jenis virus yang diduga sebagai penyebab
infeksi hati dengan pemeriksaan seroimunologi. Bila pemeriksaan seroimunologis
negatif maka perlu dipikirkan penyebab hepatitis lain selain virus, misalnya
penyakit hepatitis karena keracunan obat atau zat-zat kimia yang berbahaya.
B.
Tujuan
1.
Diagnosis
dan evaluasi penyakit hati, enzim ini merupakan indikar kerusakan sel hati
2.
Memantau
efek obat yang hepatotoksik
3.
Membedakan
ikterus hemolitik dengan ikterus penyakit hati.
C.
Manfaat
Untuk mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati.
D.
Prinsip
Metode
kinetik degan menggunakan sinar UV menurut IFCC (international Federation of
clinica chemistry).
L
– alanin + L – ketoglutamat → pyrupate + L – glutamat pyrupate + NaDH2 yang memiliki absorban 340 nm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tes Fungsi Hati
Tes fungsi hati
yaitu mengukur enzim, protein dan unsur yang dihasilkan
atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati. Beberapa
dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan
hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika
dilakukan bersamaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan
hati, suatu indikasi keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati
dalam selang waktu tertentu, dan merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis
selanjutnya.
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan
pada contoh darah yang diambil. Ini bisa meliputi:
a) Alanine Aminotransferase
(ALT) — suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati, paling baik untuk
memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate
Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel
rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
b) Alkaline Phosphatase
(ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu; seringkali meningkat
jika terjadi sumbatan.
c) Aspartate Aminotransferase
(AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat lain di tubuh seperti
jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic
Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya
meningkat pada infeksi akut.
d) Bilirubin
– biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice):
Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk
untuk mengukur bentuk yang terkonjugasi.
e) Albumin
– mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat
protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
f) Protein
total – mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk
antibodi guna memerangi infeksi.
Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan
mungkin diperlukan untuk melengkapi seperti GGT (gamma-glutamyl transferase),
LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT (prothrombine time).
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati
bisa disarankan untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang
memiliki riwayat diketahui atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka
yang merupakan peminum berat; individu dengan riwayat keluarga menderita
penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati, beberapa di antaranya adalah:
kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual, muntah, pembengkakan
atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang,
pruritus (gatal-gatal).
Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan
untuk menentukan jika suatu pola ada dan membantu menentukan penyebab
kerusakan hati. Pun ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati
biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan
terapi atau perjalanan penyakit.
B.
Manfaat
Test Fungsi Hati
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik
untuk kondisi spesifik; mereka mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan
ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang tidak memperlihatkan gejala atau
tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi hati yang
abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu
yang terjadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau
jantung. Namun juga bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan
tes lebih lanjut dan/atau pemantauan secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara
bersama-sama. Jadi beberapa set tes dalam periode tertentu dilihat apakah
memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki sebuah set tes fungsi hati
yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Seorang dokter
mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang
kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati
tersebut.
C.
Pemeriksaan
SGPT
SGPT
atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung,
ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada
SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis
didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Faktor
yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
- Pengambilan
darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
- Trauma
pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar
- Hemolisis
sampel
- Obat-obatan
dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin,
tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein),
antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin
(Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol
(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.
- Aspirin
dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Cuvet
7. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
3. Tissue
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Reagen
1 : TRIS ( pH 7,5 ) 140
mmol/L
L.Alanine 709 mmol/L
LDH ≥ 1700
u/l
Sodium
azide < 1 gr/L
2. Reagen
2 : 2 – oxoglutarat 85 mmol/L
NaDH 1.09 mmol/L
Sodium
azide < 1 gr/L
( campur reagen dengan perbandingan 1
: 4 sabil 4 minggu suhu 2 – 8 0 C )
D.
Prosedur
Kerja
1. Dengan
menggunakan Photometer/ Mikrolab 300
:
a. Pembuatan
monoreagent :
Reagen
1 :
Reagen 2
4 :
1
800
µl : 200 µl
b. Pipetkan
ke dalam tabung reaksi :
a) Reagent
Start
Monoreagent
|
Tabung
|
Reagen
1
|
8 00 µl
|
Reagen
2
|
200 µl
|
Campur
selama ± 1 menit
|
b) Sample
Start
Tabung
|
Suhu
250C, 300C
|
370C
|
Sampel
|
200
µl
|
100 µl
|
Monoreagen ( R1 + R2 )
|
1.000
µl
|
1.000 µl
|
Campur, inkubasi 5 menit pada suhu
yang ditentukan.
Ukurlah kenaikan absorbansi setiap
menit selama 3 menit, dan hitunglah nilai rata-rata per menit (∆A/menit)
|
c. Nilai
Normal :
Laki
– laki : 0,00 – 42,00 IU/L
Perempuan : 0,00 – 32,00 IU/L
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Probandus
:
Nama
pasien : Sri Oktaviani
Umur : 20 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Hasil ALT/ SPT : 9 µl
|
B.
Pembahasan
Dari
hasil pemeriksaan ,kadar SGPT yang di
peroleh yaitu 12,07 U/L. Kadar ini adalah normal untuk kategori wanita
normalnya 0,00 – 31,0 U/L. Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali
normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia).
2. Peningkatan 3-10 kali normal :
infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik,
sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT).
3. Peningkatan 1-3 kali normal :
pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kadar SGPT/ALT pasien
dalam darah adalah normal.
B.
Saran
Saran – saran yang
dapat diberikan, yaitu :
1. Pada
saat pemipetan sampel atau reagen, usahakan tidak boleh ada gelembung, karena
dapat mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Gunakan
ADP (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
3. Perhatikan
kebersihan alat, bahan, dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hiperurisemia
merupakan keadaan meningkatnya asam urat dalam darah akibat gangguan
metabolisme purin. Nukleotida ini bukan merupakan protein esensial karena lima
puluh persen lebih purin berasal dari metabolisme tubuh sendiri. Sebagai bagian
dari materi genetik (DNA dan RNA), purin terdiri atas guanin dan adenin. Salah
satu produk limbah purin pada manusia adalah asam urat yang sulit larut dalam
urin (garam urat lebih larut daripada asam urat). Dalam urin dengan pH 5, hanya
10% asam urat yang larut jika dibandingkan dalam urin dengan pH 7. Padahal urin
kita pada umumnya memiliki pH sekitar 5,8 (Biokimia Harper).
Sebenarnya
produk nitrogenus hasil metabolisme purin diekskresikan lewat 3 bentuk: (1)
NH3, (2) urea dan (3) senyawa urat.. Manusia dan hewan lainnya akan mengekskresikan
dalam bentuk urea (ureotelik) dan senyawa urat (urikotelik). Hanya saja,
manusia, burung, amfibi dan reptil tidak memiliki enzim urikase yang dapat
mengubah asam urat menjadi senyawa yang mudah larut, yaitu alantoin, sehingga
terdapat depot asam urat dalam tubuh. Pada laki-laki, depot asam urat berkisar
1200 mg sedang pada wanita, sekitar 600 mg. Pasien penyakit gout tanpa tofus
memiliki depot asam urat sekitar 2 gm hingga 4 gm, sedangkan pasien dengan
tofus bisa mengandung depot asam urat sampai sebesar 30 gram. Nukleotida lainnya, pirimidin (sitosin, timidin, uridin), jarang
menimbulkan permasalahan kesehatan karena produk limbahnya bersifat larut dalam
urin.
Hiperurisemia
pada manusia dapat bermanifestasi sebagai penyakit pirai (penyakit gout) yang
dapat berupa inflamasi sendi (artritis gout), pembentukan tofus (endapan asam
urat) dalam tulang dan tulang rawan (misalnya, pada daun telinga), atau batu
kemih (urolitiasis urat). Penumpukan asam urat dalam jaringan kerangka
(muskuloskeletal) dapat menimbulkan cacat (deformitas), sedangkan batu kemih
bisa mengakibatkan gagal ginjal.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui kadar asam urat dalam darah.
C.
Manfaat
1. Untuk
mendeteksi adanya kelainan pada
fungsi ginjal.
2. Untuk mendiagnosa penyakit batu ginjal
D.
Prinsip
Larutan asam pikrat ditambahkan, akan bereaksi sehingga membentuk warna
kuning kemudian dibaca pada photometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam urat
merupakan hasil akhir dari metabolisme purine dan beredar dalam plasma sebagai
Na-urat yang dibuang melalui ginjal berasal juga dari penguraian asam nukleat
dan sel-sel jaringan yang rusak. Sangat berbahaya bila pengendapan dari asam
ini karena ion-ion (H+) dalam jaringan akan meningkat. Makana yang
banyak mengandung asam urat misalnya: daging, jeroan, ikan sarden, daging
kaleng (cornet beaf) udang, cumi-cumi, kepiting. Untuk menghindari pengendapan
asam urat di dalam ginjal, berpantanglah makanan-makanan diatas.
Penyakit
asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan seseorang. Pola makan
yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang sangat tinggi merupakan penyebab
penyakit ini. Meskipun demikian, bukan berarti penderita asam urat tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein. Asalkan jumlahnya dibatasi, ya
tidak masalah. Selain itu, pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat
mampu mengontrol kadar asam dan urat dalam darah. Penderita asam urat tinggi,
memang harus hati-hati terhadap makanan. Diet yang dilakukan, harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1.
Pembatasan purin
Apabila telah
terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat harus melakukan
diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan sumber protein
mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang
harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari
(diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2.
Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah
asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada
tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat
badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap memperhatikan jumlah
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan
kadar asam urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran
asam urat melalui urin.
3.
Tinggi karbohidrat
Karbohidrat
kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh
penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat
melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100
gram per hari.
4.
Rendah protein
Protein
terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi,
misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan
bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1
gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati
yang berasal dari susu, keju dan telur.
5.
Rendah lemak
Lemak dapat
menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan,
serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya
sebanyak 15 persen dari total kalori.
6.
Tinggi cairan
Konsumsi
cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin. Karena itu,
Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10
gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain
dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang
lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin.
Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya
mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7.
Tanpa Alkohol
Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol
lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah
karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
Ciri –
ciri Asam Urat
Berdasarkan
subkomite The American Rheumatism Association yang menetapkan kriteria
diagnostik untuk asam urat adalah:
a.
Adanya kristal urat yang khas dalam
cairan sendi.
b.
Thopus terbukti mengandung kristal
urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
terpolarisasi.
c.
Lebih dari sekali mengalami serangan
arthritis akut
d.
Terjadi peradangan secara maksimal
dalam satu hari
e.
Oligoarthritis (jumlah sendi yang
meradang kurang dari 4 )
f.
Kemerahan di sekitar sendi yang
meradang
g.
Sendi metatarsophalangeal pertama
(ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak
h.
Serangan unilateral (satu sisi) pada
sendi metatarsophalangeal pertama
i.
Serangan unilateral pada sendi
tarsal (jari kaki)
j.
Tophus (deposit besar dan tidak
teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan
kapsula sendi
k.
Hiperuricemia (kadar asam urat dalam
darah lebih dari 7,5 mg/dL)
l.
Pembengkakan sendi secara asimetris
(satu sisi tubuh saja)
m.
Serangan arthritis akut berhenti
secara menyeluruh.
Ketika
terjadi serangan arthritis akut, penderita diberikan terapi untuk mengurangi
peradangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesik/NSAID,
kortikosteroid, tirah baring, atau dengan pemberian kolkisin.
Setelah
serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam urat dalam
tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kolkisin atau obat yang memacu
pembuangan asam urat lewat ginjal (misal probenesid) atau obat yang menghambat
pembentukan asam urat (misal allopurinol).
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Cuvet
7. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
3. Tissue
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. R1 : Monoreagen
2. R2 : Standar Uric Acid Konsentrasi standar
D.
Prosedur
Kerja
1. Dengan
menggunakan Photometer/ mikrolab 300:
a. Pipet
ke tabung :
Tabung
|
R1
|
R2
|
Sampel
|
Tabung I
|
1000 µl
|
10 µl
|
|
Tabung II
|
1000 µl
|
|
10 µl
|
b. Baca pada mikrolab 300 yang telah terprogram
c. Catat
hasilnya.
Nilai
Normal :
Laki
– laki = 3,36 – 7,06
mg/dl
Perempuan =
2,52 – 6,05 mg/dl
Anak
– anak = 2,50 – 5,50
mg/dl
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Nama
pasien : I Putu Jacky Setiawan
Umur :
30 tahun
Jenis
Kelamin : laki-laki
Hasil : 6,51
mg/d
|
|
Probandus
:
B.
Pembahasan
Asam
urat sukar larut dan diekskresi dalam urine, larut dalam air banyak. Bila kadar
asam urat plasma sama tinggi ( hiperurikemia ), asam urat dapat menyebar dalam
jarigan dalam bentuk kristal natrium urat. Pada pengambilan kristal, makrofag
menimbulkan respon peradangan yang mengakibatkan syndroma yang dikenal dengan
nama Gout. Hiperurisemia, pada banyak kasus disebabkan oleh percepatan
pembentukkan asam urat sekunder akibat degradasi purin yang jumlahnya sangat
banyak.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan asam urat dalam serum pasien, kadar asam urat pasien
dikatakan tidak normal. Pasien diindikasikan mengalami gangguan fungsi ginjal
yaitu hiperurisemia. Pada hiperurisemia, kadar urat serum melebihi batas
kelarutannya. Kristalisasi natrium urat yang terjadi di dalam jaringan lunak
dan persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini
menyebabkan suatu reaksi peradangan akut, yaitu Arthtritis Gout akut, yang
dapat berlanjut menjadi Arthritis Gout kronis.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Kadar Asam Urat dalam
serum pasien adalah normal.
B.
Saran
Saran – saran yang
dapat diberikan, yaitu :
1. Pada
saat pemipetan sampel atau reagen, usahakan tidak boleh ada gelembung, karena
dapat mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Gunakan
ADP (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
3. Perhatikan
kebersihan alat, bahan, dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan
fungsi hati sangat beragam. Agar berhasil dalam pengobatan, seorang dokter
harus pandai mendiagnosis. Mulai dari mengetahui riwayat penyakit pasiem,
mencari tanda penyakit hati kronis, hingga penyakit lain penyebab gangguan faal
hati. Penderita
gangguan hati sering memperlihatkan hasil laboratorium kepada dokter.
Berdasarkan catatan laboratorium yang menunjukan adanya gangguan fungsi hati
itu, mereka meminta kepada dokter pendapat dan metode pengobatannya.
Perlu diingat, kelainan faal hati
juga sering dijumpai pada penyakit lain diluar penyakit hati. Misalnya,
penyakit kelenjar thyroid, payah jantung, dan payah ginjal. Masing-masing tes
terhadap penyakit tersebut biasanya juga menunjukan faal hati yang terganggu.
Oleh karena itu kita memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memberikan
konklusi dari hasil laboratorium.
Fungsi
Hati
Hati merupakan organ padat terbesar
yang terletak di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini sangat penting
karena memiliki berbagai fungsi. Seperti sebagai regulator dari semua
metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak, tempat sintesis dari berbagai komponen
(protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum, dan zat lainnya yang
sangat vital. Selain itu hati juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran
asam empedu, pusat pendetoksifikasi racun, dan tempat penghancuran (degradasi)
hormon-hormon steroid (estrogen). Pada jaringan hati terdapat sel-sel kupfer.
Sel ini sangat penting dalam eliminasi organisme asing, baik bakteri maupun
virus. Oleh karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan fungsi hati itu.
Dokter perlu mengetahui, semua tes kesehatan selalu mempunyai sensitivitas, dan
spesifisitas yang berlainan. Sehingga untuk interpretasi hasil tersebut kita
harus mengenal tes tersebut, bagaimana sensitivitas, dan bagaimana
spesifitasnya.
Gangguan
Faal Hati
Secara umum terdapat dua jenis/macam
gangguan faal hati yaitu :
1. Akibat peradangan umum atau
peradangan khusus di hati. Kondisi ini menimbulkan kerusakan jaringan/sel hati.
2. Akibat tersumbatnya saluran empedu.
Hati
sendiri mempunyai fungsi ganda yakni mengambil kolesterol dan sirkulasi darah
dan memproduksi kembali kolesterol bila keadaan memungkinkan. Setelah makan,
hati akan menyaring kilomikron yang berada di sirkulasi darah, lalu diantara
waktu makan, hati akan mengeluarkan kembali kolesterol yang diserap tersebut
kembali ke peredaran darah. Disini hati memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan kolesterol yang berada dalam sirkulasi darah manusia.
Hati,
selain memproduksi kolesterol LDL dan masuk ke sirkulasi darah, juga menyaring
kolesterol yang beredar di dalam darah seperti dijelaskan diatas. Semakin
banyak reseptor kolesterol LDL yang terdapat dalam hati maka semakin tinggi
tingkat penyaringan yang dilakukan, hal ini akan berimbas pada semakin
rendahnya kadar kolesterol LDL dalam darah. Kekurangan reseptor kolesterol LDL
dalam hati akan meningkatkan secara signifikan kadar kolesterol LDL dalam
darah.
Pentingnya Pemeriksaan Kolesterol
Bagi mereka yang ingin mengetahui
kadar kolesterol dalam tubuhanya maka mereka dapat melakukan tes pemeriksaan
kadar kolesterol darah. Pemeriksaan ini akan menghasilkan data perkiraan kadar
kolesterol yang beredar dalam sirkulasi darah. Selain untuk mengobati
keingintahuan, tes ini rutin dilakukan seorang dokter guna memantau pengobatan
kolesterol pasien. Selain di laboratorium, pemeriksaan kolesterol bisa
dilakukan di rumah dengan alat periksa yang banyak dijual di apotek besar.
Akhir-akhir ini mulai banyak yang sadar akan pentingnya menjaga kadar
kolesterol dalam darah. Hal ini sangat penting guna menurunkan angka kesakitan
akibat penyakit jantung dan pernbuluh darah.
Penyakit jantung sudah menjadi penyakit yang umum saat ini. Penyakit ini
bisa rnenyerang siapa saja terutama bagi mereka yang telah berusia diatas 50
tahun. Pada usia ini jantung bekerja lebih berat akibat peningkatan tekanan
pada pembuluh darah tepi. Peningkatan tekanan darah tepi paling sering
disebabkan oleh penumpukan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah. Maka
dan itu, pada usia diatas 50 tahun, wajib hukumnya untuk selalu memonitor kadar
kolesterol dalam darah.
B.
Tujuan
Untuk mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati akibat kolesterol
C.
Manfaat
Untuk diagnosa adanya kelainan pada fungsi hati dalam mensintesis
kolesterol.
D.
Prinsip
Kolesterol dan ester-ester dibebaskan dari hipoprotein oleh detergen
kolesterol esterase kolesterol. Proses oksidasi enzimatik oleh kolesterol
oksidasi H2O2 bereaksi dengan 4 amino antiphyrin dan
phenol dalam suatu rteaksi dikatalisa oleh peroksidase dan terbentuk quineunin
yang berwarna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolesterol adalah zat lemak yang sangat penting
dalam pembentukan dinding sel pada tubuh manusia dan hewan. Kolesterol juga ditemukan
beredar dalam sirkulasi darah manusia. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh
manusia berasal dan dua sumber utama yaitu dari makanan yang dikonsumsi dan dan
pembentukan oleh hati. Kolesterol yang berasal dan makanan terutama terdapat
pada daging, unggas, ikan dan produk olahan susu. Jeroan daging seperti hati
sangat tinggi kandungan kolesterolnya, sedangkan makanan yang berasal dan
tumbuhan justru tidak mengandung kolesterol sama sekali. Setelah makan,
kolesterol akan diserap oleh usus halus untuk selanjutnya masuk ke sirkulasi
darah dan disimpan dalam suatu mantel protein. Mantel protein-kolesterol ini
kemudian dikenal dengan nama kilomikron.
Hati sendiri mempunyai fungsi ganda yakni mengambil kolesterol dan
sirkulasi darah dan memproduksi kembali kolesterol bila keadaan memungkinkan.
Setelah makan, hati akan menyaring kilomikron yang berada di sirkulasi darah,
lalu diantara waktu makan, hati akan mengeluarkan kembali kolesterol yang
diserap tersebut kembali ke peredaran darah. Disini hati memegang peranan dalam
menjaga keseimbangan kolesterol yang berada dalam sirkulasi darah manusia.
Kolesterol
LDL dan HDL
Kolesterol LDL sering disebut dengan kolesterol ‘jahat’, karena
peningkatan kadar kolesterol dalam darah dihubungkan dengan peningkatan resiko
penyakit jantung koroner. Kolesterol LDL akan berakumulasi di dinding arteri
sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku
dan rongga pembuluh darah menyempit. Proses ini dikenal dengan nama
atherosklerosis.
Kolesterol HDL sebaliknya sering disebut dengan kolesterol ‘baik’
karena kolesterol HDL mencegah terjadinya atherosklerosis dengan cara
mengeluarkan kolesterol ‘jahat’ dan dinding arteri dan mengirimkannya ke hati.
Jadi, bila kadar kolesterol LDL tinggi sedangkan kadar kolesterol HDL rendah
maka merupakan faktor resiko terjadinya atherosklerosis. Sebaliknya yang
diharapkan adalah kadar kolesterol LDL rendah dan kadar kolesterol HDL yang
tinggi.
Hati, selain memproduksi kolesterol LDL dan masuk ke sirkulasi darah,
juga menyaring kolesterol yang beredar di dalam darah seperti dijelaskan
diatas. Semakin banyak reseptor kolesterol LDL yang terdapat dalam hati maka
semakin tinggi tingkat penyaringan yang dilakukan, hal ini akan berimbas pada
semakin rendahnya kadar kolesterol LDL dalam darah. Kekurangan reseptor
kolesterol LDL dalam hati akan meningkatkan secara signifikan kadar kolesterol
LDL dalam darah.
Kadar kolesterol baik LDL maupun HDL jugat dipengaruhi oleh faktor
herediter atau keturunan. Pada pasien dengan familial hypercholesterolemia
(FH), terdapat pengurangan jumlah yang signifikan dan reseptor kolesterol LDL
dalam hatinya.Pasien mi juga akan rentan menderita atherosklerosis dan serangan
jantung pada usia muda.
Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol akan
meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Lemak dibagi menjadi lemak jenuh
dan lemak tak jenuh berdasarkan pada struktur kimianya. Lemak jenuh terutama
berasal dan daging dan produk olahan susu yang akan meningkatkan kadar
kolesterol darah. Beberapa minyak tumbuhan yang dibuat dan buah kelapa, sawit,
dan cokelat juga tinggi kadar lemak jenuhnya.
Menurunkan
Kadar Kolesterol LDL untuk Mencegah Serangan Jantung dan Stroke
Menurunkan kadar kolesterol LDL saat ini merupakan fokus utama dalam
mencegah atherosklerosis dan serangan jantung. Beberapa dokter dan ahli percaya
bahwa keuntungan menurunkan kadar kolesterol LDL antara lain:
Mengurangi dan menghentikan pembentukan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah, memperlebar rongga arteri, mencegah pecahnya plak kolesterol yang mempunyai resiko membentuk gumpalan darah/trombus (faktor resiko stroke).
Mengurangi dan menghentikan pembentukan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah, memperlebar rongga arteri, mencegah pecahnya plak kolesterol yang mempunyai resiko membentuk gumpalan darah/trombus (faktor resiko stroke).
Tips Menurunkan Kadar Kolesterol LDL
1.
Mengubah gaya hidup.
Mengubah gaya hidup adalah hal yang pertama dan utama dilakukan untuk
menurunkan kadar kolesterol LDL. Efek dan penurunannya akan dirasakan lebih
lama, dan aktivitas pengobatan ini tidak memerlukan biaya mahal. Perubahan gaya
hidup itu antara lain, menjaga berat badan agar tidak gemuk, olah raga teratur,
selalu mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh dan kolesterol yang
rendah.
2.
Menggunakan obat penurun
kolesterol.
Pemberian obat penurun kolesterol dilakukan jika dengan mengubah gaya
hidup tidak didapatkan hasil yang memuaskan alias kadar kolesterol LDL masih
tinggi. Obat yang paling efektif dan sering dipakai untuk menurunkan kadar
kolesterol LDL adalah statin. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa
penggunaan statin untuk menurunkan kadar kolesterol LDL mempunyai keuntungan
dalam mencegah serangan jantung dan stroke. Obat-obatan lain yang juga sering
dipakai adalah asam nikotinik, gemfibrozil, kholestyramine dan zetia.
Kolesterol
HDL = Kolesterol Baik
Kolesterol HDL disebut kolesterol baik karena ia berguna untuk mencegah
terjadinya atherosklerosis pada arteri/pembuluh darah. Kolesterol HDL akan
mengeluarkan partilcel kolesterol dan dinding arteri dan mengirinikarinya ke
hati untuk selanjutkan dihancurkan di dalam empedu. HDL juga menganggu proses
penumpukan kolesterol LDL pada dinding arteri. Resiko terjadinya
atherosklerosis dan serangan jantung juga dipengaruhi oleh kadar kolesterol
HDL. Orang akan mempunyai resiko tinggi menderita kedua penyakit itu bila kadar
kolesterol HDL dalam darahnya rendah, sebaliknya resiko akan menurun jika kadar
kolesterol HDL dalam darahnya tinggi.
Seperti halnya kolesterol LDL, gaya hidup juga berpengaruh pada kadar
kolesterol HDL dalam darah disamping faktor-faktor lainnya. Kadar kolesterol
HDL akan rendah pada seorang perokok, suka mengkonsumsi makanan manis, gemuk
dan jarang olah raga, juga pada pasien dengan diabetes tipe II. Kadar
kolesterol HDL akan tinggi pada orang yang kurus, suka berolah raga dengan
teratur, dan tidak merokok. Hormon estrogen juga dipercaya dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL, itu sebabnya mengapa kadar kolesterol HDL pada wanita
lebih tinggi daripada laki-laki.
Jadi kesimpulannya, makin tinggi kadar kolesterol LDL sementara kadar
kolesterol HDL-nya rendah maka makin tinggi resiko untuk menderita
atheroskierosis dan serangan jantung. Yang diharapkan adalah kadar kolesterol
LDL yang rendah dengan kadar HDL kolesterol yang tinggi sehingga resiko
terjadinya kedua penyakit tersebut juga akan menurun.
Cara
Meningkatkan Kadar Kolesterol HDL
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kadar
kolesterol HDL (dan menurunkan rasio LDL/HDL) adalah dengan mengubah pola hidup
yang tidak sehat. Jika dengan perubahan perilaku mi peningkatkan kadar
kolesterol HDL tidak mencapai apa yang diharapkan, maka baru dipertimbangkan
untuk melakukan pengobatan dengan obat obatan. Dalam memberikan obat, dokter
akan selalu mempertimbangkan segala hal tentang keadaan atau kondisi pasien
termasuk ketidak normalan kadar kolesterolnya. Olah raga secara teratur,
penurunan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, akan meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Anehnya, beberapa ahli malah menganjurkan mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah sedikit secara teratur (segelas sehari) untuk meningkatkan kadar
kolesterol HDL, meskipun hal ini masih menimbulkan perdebatan karena mekanisme
yang belum begitu jelas.
Mungkin karena sebab itulah maka konsumsi alkohol ini tidak dianjurkan
sebagai pengobatan rutin untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, disamping
ternyata alkohol juga mempunyai banyak efek yang tidak baik bagi tubuh.
Menurunkan
Kadar Kolesterol LDL Saja Belum Cukup
Pencegahan dan pengobatan aterosklerosis sangatlah komplek, tidak
sekedar menurunkan kadar kolesterol LDL lalu masalah selesai. Pengurangan kadar
kolesterol LDL baru merupakan pertengahan jalan untuk memerangi aterosklerosis.
Seseorang dengan kadar kolesterol LDL normal atau meningkat sedikit tetap
mempunyai kemungkinan untuk mengalami aterosklerosis dan serangan jantung
walaupun faktor resiko yang lain seperti merokok, tekanan darah tinggi serta
diabetes melitus tidak ada. Kesimpulannya, keberhasilan menurunkan kadar
kolesterol LDL tidak serta merta membebaskan pasien dan kemungkinan terkena
aterosklerosis dan serangan jantung sehingga dalam melakukan pengobatan
iniperlu juga dilihat segala faktor lain yang terlibat di dalamnya. Hal ini
menambah kewaspadaan dan para dokter dan pasien untuk menghadapi hal hal yang
tidak diinginkan.
Mengetahui
Cara Kerja Kolesterol
Kolesterol membantu mengangkut lemak yang sudah diolah dan hati ke
seluruh tubuh. Pembuluh darah bertindak sebagai jalan rayanya. Setelah menjalankan
fungsi ini, kolesterol kembali ke hati dan mengulang lagi proses tadi. Setelah
ditelan, lemak atau makanan yang masuk ke lambung, kemudian ke usus halus untuk
dicema dan diserap. Setelah itu, sari-sari makanan dikirim ke hati untuk
diproses dan dikirimkan ke seluruh tubuh.
Hati memuat lemak pada VLDL. VLDL ini kemungkinan berjalan melalui
pembuluh-pembuluh darah, membongkar muatannya (lemak) di seluruh tubuh. VLDL
yang kosong kemudian menjadi LDL. Beberapa potongan LDL dapat tersangkut di
sepanjang dinding pembuluh darah, dan dengan demikian mempersempit pembuluh
darah.
Peran HDL adalah melepaskan potongan LDL yang tersangkut di dinding
pembuluh-pembuluh darah dan mengirimkannya kembali ke hati. Potongan LDL itu
kemudian didaur ulang menjadi VLDL baru atau dihancurkan dan dibuang. VLDL yang
baru akan memulai kembali proses pengiriman.
Ketika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, lebih banyak
potongan LDL yang tersangkut di sepanjang dinding pembuluh darah, jika tidak
ada cukup HDL untuk melepaskannya. Pembuluh darah kemudian tersumbat,
menyebabkan serangan jantung. Idealnya, seseorang harus memiliki Iebih banyak
kolesterol HDL dan lebih sedikit kolesterol LDL di dalam tubuh.
Pentingnya Pemeriksaan
Kolesterol
Bagi mereka yang ingin mengetahui kadar kolesterol dalam tubuhanya maka
mereka dapat melakukan tes pemeriksaan kadar kolesterol darah. Pemeriksaan ini
akan menghasilkan data perkiraan kadar kolesterol yang beredar dalam sirkulasi
darah. Selain untuk mengobati keingintahuan, tes ini rutin dilakukan seorang
dokter guna memantau pengobatan kolesterol pasien. Selain di laboratorium,
pemeriksaan kolesterol bisa dilakukan di rumah dengan alat periksa yang banyak
dijual di apotek besar. Akhir-akhir ini mulai banyak yang sadar akan pentingnya
menjaga kadar kolesterol dalam darah. Hal ini sangat penting guna menurunkan
angka kesakitan akibat penyakit jantung dan pernbuluh darah.
Penyakit jantung sudah menjadi penyakit yang umum saat ini. Penyakit
ini bisa rnenyerang siapa saja terutama bagi mereka yang telah berusia diatas
50 tahun. Pada usia ini jantung bekerja lebih berat akibat peningkatan tekanan
pada pembuluh darah tepi. Peningkatan tekanan darah tepi paling sering
disebabkan oleh penumpukan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah. Maka dan
itu, pada usia diatas 50 tahun, wajib hukumnya untuk selalu memonitor kadar
kolesterol dalam darah.
Kolesterol merupakan bahan yang tidak seharusnya beredar dalam
sirkulasi darah. Kolesterol masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui makanan
yang kita makan. Kolesterol banyak ditemukan dalam daging, telur, dan makanan
berlemak lainnya. Jika anda mengkonsumsi makanan ini secara benlebihan maka
kadar kolesterol dalam darah juga akan meningkat secara drastis. Disinilah
peranan pengaturan gaya bidup guna menekan konsumsi makanan yang banyak
mengandung kolesterol. Dengan melihat hasil tes kolesterol, anda akan
termotivasi untuk mengubah perilaku anda dalam mengkonsumsi makanan. Anda
menjadi sedikit takut menghadapi kenyataan bahwa anda berada dalam kelompok orang
yang beresiko menderita penyakit jantung.
Kadar ideal kolesterol dalam darah adalah dibawah 200 mg/dL. Jika anda
mempunyai keluarga yang pernah mengalami serang jantung maka sebaiknya target
kadar kolesterol juga perlu anda turunkan. Jika perlu, anda harus dapat
mencapai kadar dibawah 100 mg/dL. Sementara itu, kadar HDL kolesterol perlu
anda jaga antara 40 sampai 60 mg.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Cuvet
7. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
3. Tissue
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Regen
dialab
Komposisi :
a. Good’s
buffer, pH 7 : 50 mol/L
b. Phenol : 5
mol/L
c. 4-aminoantipyrin : 0,3 mol/L
d. Cholestrol
esterase : > 200 U/L
e. Colestrol
oksidase : > 50 U/L
f. Peroxidase : 3 U/L
D.
Prosedur
Kerja
1. Dengan
menggunakan Mikrolab 300
:
a. Pipet
ke dalam tabung
:
Bahan
|
Blanko
|
Standar
|
Test
|
Reagent
|
1.000 µl
|
1.000 µl
|
1.000 µl
|
Sampel
|
-
|
10 µl
|
10 µl
|
Campur, inkubasi 10 menit pada
suhu 370C.
Baca hasil pada mikrolab
300
|
Nilai
Normal :
220 mg/dL
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Nama
pasien : I Putu Jacky Setiawan
Umur : 30 tahun
Jenis
Kelamin : laki-laki
Hasil : 131
mg/dL
|
|
B.
Pembahasan
Pada pemeriksaan serum sampel pasien ini telah didapat
hasil 131 mg/dl,
jika dibandingkan dengan nilai normalnya pasien ini dinyatakan. Jika lebih dari
nilai normal kemungkinan besar beresiko pada jantung koroner. Hal ini karena
kolesterol LDL akan berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk semacam
plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah
menyempit. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kadar Kolesterol dalam
serum pasien adalah normal.
B.
Saran
Saran – saran yang
dapat diberikan, yaitu :
1. Pada
saat pemipetan sampel atau reagen, usahakan tidak boleh ada gelembung, karena
dapat mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Gunakan
ADP (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
3. Perhatikan
kebersihan alat, bahan, dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kolesterol
sebenarnya diproduksi oleh hati / liver dalam bentuk partikel lembut menyerupai
lapisan lilin yang beredar di dalam darah. Fungsi kolesterol sebenarnya adalah
sebagai unsur utama membran sel , membantu pencernaan lemak di dalam empedu,
pembentukan vitamin D dan hormon steroid ( hormon progresteron, estrogen dan
testosteron ). Hati sebenarnya sudah menghasilkan sebagian besar kolesterol
yang dibutuhkan oleh tubuh, akan tetapi karena adanya asupan makanan yang
mengandung lemak maka jumlah kolesterol akhirnya menjadi berlebihan dan ini
tentunya akan mengakibatkan terjadinya plak yang menempel di dalam pembuluh
darah arteri. Plak yang di dalam pembuluh darah arteri terbentuk karena adanya
kombinasi dari zat lemak lain, jaringan berserat dan kalsium. Jika lapisan plak
tadi semakin lama semakin menebal maka akan menyuumbat saluran pembuluh darah
arteri dan akibatnya sirkulasi darah menjadi terhambat. Gejala yang dirasakan
jika saluran pembuluh darah tersumbat oleh lapisan plak adalah rasa nyeri di
dada. Jika sirkulasi darah terhambat maka akan menimbulkan gangguan pada fungsi
jantung yang bisa mengakibatkan serangan jantung, stroke dan bahkan kematian
mendadak.
Jenis Kolesterol
Jenis Kolesterol
1. HDL ( High Density Lipoprotein ).
Ini adalah jenis
kolesterol yang baik atau tidak membahayakan kesehatan.
2. LDL ( LOw Density Lipoprotein ) .
Ini adalah jenis
kolesterol yang jahat ( tidak baik ) bagi kesehatan.
3. Trigliserida .
Ini adalah tumpukan kolesterol
yang berlebihan akibat dari kandungan lemak yang ada pada makanan yang kita
makan.
Kandungan kolesterol di
dalam darah bisa meningkat tajam dan akhirnya akan menimbulkan penyakit jantung
dan stroke. Oleh karena itu, untuk menjaga kolesterol supaya tetap dalam batas
yang normal , maka coba hindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi ,
seperti :
1. Bebek
2. Lemak trans yang terdapat pada makanan fast food dan biskuit.
1. Bebek
2. Lemak trans yang terdapat pada makanan fast food dan biskuit.
3. Jerohan ( usus,
babat, limpa, otak )
4. kikil sapi dan kambing
5. Hindari kebiasaan merokok.
4. kikil sapi dan kambing
5. Hindari kebiasaan merokok.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui kadar Trigliserida dalam darah.
C.
Manfaat
Untuk diagnosa adanya kelainan pada fungsi jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trigliserida adalah lemak utama di dalam tubuh yang sangat erat kaitannya
dengan kolesterol. Trigliserida merupakan lemak darah yang
secara khusus berada pada lapis kedua low-density lipoprotein atau LDL. Trigliserida itu sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
kolesterol keduanya merupakan lemak serta sama-sama dapat membahayakan tubuh
seseorang jika kadar Trigliserida dalam tubuh seseorang terlalu tinggi. Asam
lemak yang membentuk trigliserida biasanya akan dimanfaatkan sebagai sumber
energi yang diperlukandibutuhkan oleh otot-otot tubuh dalam melakukan
pekerjannya atau disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi nya. Hal
ini sama dengan yang terjadi akibat kelebihan kolesterol atau gula darah, jika
kadar trigliserida dalam darah terlalu tinggi, hal ini dapat memicu timbulnya
berbagai macam penyakit lainnya.
Trigliserida
sangat berbahaya karena hal ini dapat membuat saluran pada pembuluh darah
menyempit. Hal itu mengakibatkan lemak yang ada dalam darah akan menggangu
saluran peredaran darah. Dalam beberapa kasus, penderita dengan trigliserida
tinggi mengalami beberapa gejala yang terasa seperti halnya, tekanan darah
tinggi naik. Namun hal itu bukan berarti setiap tekanan darah yang naik
merupakan gejala dari trigliserida tinggi, namun ini merupakan salah satu
gejala yang ditimbulkan akibat trigliserida tinggi. Darah merupakan pusat
peredaran makanan dan oksigen tubuh, maka jika darah kotor akibat trigliserida
tinggi, dengan otomatis metabolisme tubuh seseorang akan ikut terganggu.
Untuk mengukur kadar dari
ketiga jenis kolesterol tersebut yaitu dengan cara tes darah di laboratorium.
Dengan melalui tes darah ini , maka nantinya bisa diketahui seberapa baik dan
buruknya pengaruh dari ketiga jenis kolesterol tersebut terhadap kesehatan
tubuh.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Monoreagen
Trigliserida
2. Standar
Trigliserida.
D.
Prosedur
Kerja
Siapkan
3 buah tabung, lalu pada masing-masing tabung diisi larutan sebagai berikut :
Bahan
|
Tabung
|
||
I
(Blanko)
|
II
(Standar)
|
III
(test)
|
|
Monoreagen
|
1000µ
|
1000µ
|
1000µ
|
Standar
|
|
10µ
|
|
Sampel
|
|
|
10µ
|
Campur
, inkubasi 10 menit pada suhu kamar. Baca pada Mikrolab 300yang telah
diprogramkan dengan pemeriksaan Trigliserida.
|
E.
Nilai
Normal
Dewasa (12-29) tahun : 10
- 140 mg/dL
(30-39) tahun : 20
- 150 mg/dL
(40-49)tahun : 30
– 160 mg/dL
(50 tahun keatas) : 40
– 190 mg/dL
Anak-anak (5-19) tahun : 10 – 135 mg/dL
Balita (0-4) tahun : 5 – 40 mg/dL
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Pengamatan
Nama
pasien : Mersy Ndaomanu
Umur : 20 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Hasil : 74 mg/dL
|
|
B.
Pembahasan
Pada pemeriksaan serum sampel pasien ini telah didapat
hasil kadar Trigliserida probandus 74 mg/dl, jika
dibandingkan dengan nilai normalnya pasien ini dinyatakan Normal . Jika lebih
dari nilai normal kemungkinan besar beresiko pada jantung koroner. Hal ini
karena trigliserida akan berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk
semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh
darah menyempit. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kadar Trigliserida
dalam serum pasien adalah normal.
B.
Saran
Saran – saran yang
dapat diberikan, yaitu :
1. Pada
saat pemipetan sampel atau reagen, usahakan tidak boleh ada gelembung, karena
dapat mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Gunakan
ADP (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
3. Perhatikan
kebersihan alat, bahan, dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel
atau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur
enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya
digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau
kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini
dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan
hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu
seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari
pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan,
tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan
tes lain yang mungkin memerlukan persiapan khusus.
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam
tubuh manusia. Berlokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik
rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan
dan unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh. Ia juga menghasilkan
faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu keseimbangan hormon,
serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh
hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna
lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan
kemudian.
Pelbagai penyakit & infeksi
dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan,
luka, sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan disfungsi hati.
Alkohol, obat-obatan, dan beberapa suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan
ancaman. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan
gejala-gejala jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang,
pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah
secara tiba-tiba. Deteksi dini penting untuk diagnosis lebih awal guna
minimalisasi kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
B.
Tujuan
1. Mendapatkan
gambaran adanya penyakit hepatofilia dan gangguan faal hati.
2. Menentukan
diagnosis ikterus obstruktif pada anak,
membedakan penyakit skelet dan hati.
3. Memonitor
penggunaan alkohol.
C.
Manfaat
1.
Untuk mendiagnosa adanya kelainan
pada fungsi hati.
2.
Mengetahui kadar Gamma Glutamil
Transferase (GGT) di dalam serum darah.
D.
Prinsip
α-
γ – glutamil – 3 – carboxy – 4 – nitroanilide + glycegicine
α-
γ – glutomylglycine + 5 – amino – 2 – nitrobenzoat
Ditentukan
FR fotometris dan berbanding lurus dengan aktivitas γ – GT dalam bahan sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gamma-glutamil
transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang
ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah
ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan
uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.
Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam
serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat
selama kerusakan sel tetap berlangsung.
GGT adalah
salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol,
barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja
merangsang mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan
kerusakan hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi
terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah yang
banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu setelah asupan
alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih sensitif daripada tes
fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP).
Metode
pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan
menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan
pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Masalah Klinis
1)
Peningkatan Kadar : sirosis hati,
nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker
(hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), kolestasis akut,
mononukleosis infeksiosa, hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM,
steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe IV, infark miokard akut (hari
keempat), CHF, pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik. Pengaruh obat
: Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin).
2)
Faktor yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :
- Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan
tes gamma-GT positif palsu.
- Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.
Persiapan pasien
Puasa minimal 8 jam :
1)
Untuk meningkatkan kadar GGT karena
makanan
2)
Hindari obat atau zat yang dapat
mempengaruhi kadar GGT misalnya barbiturat.
3)
Alkohol yang meningkat dan kontrasepsi
oral yang menurunkan kadar GGT.
Pada
pemeriksaan fungsi hati umumnya aktivitas enzim transminase (SGOT / SGPT)
meningkat dan akan turun pada minggu ke dua sampai ke tiga (masa inkubasi).
Untuk mengetahui apakah sudah sembuh secara klinis, diperiksa Gamma GT, enzim
yang menunjukkan kondisi kesehatan telah kembali normal.
Diagnosa keperawatan
1)
Resiko tinggi terhadap cedera yang
berhubungan dengan kerusakan hepar berat.
2)
Perubahan nutrisi yaitu potensial
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan faktor – faktor yang
menyebabkan penyakit hepar.
3)
Isolasi sosial yang berhubungan
dengan ikhteri.
Nilai Rujukan
|
30 ° C (U/I)
|
30 ° C (U/I)
|
Perempuan
|
5 - 25
|
7 - 32
|
Laki-laki
|
8 - 38
|
11 - 50
|
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu
1. R1 Buffer : Tris buffer pH 8,25 100 mmol/l
Glycylglycine 100 mmol/l
2. R2 Substrat : L-
γ –glutamil-3 carboxy- 4 nitroanilide
4 mmol/l
D. Prosedur
Kerja
1. Persiapan
Larutan Kerja
Campur
1 bagian R2 (200 mikroliter) dan 4 bagian R1(800mikroliter)
2. Pipet
ke dalam tabung 1000µl Reagen dan 100µl sampel, campur dan inkubasi 1 menit.
3. Baca
pada Microlab300 dengan pemeriksaan
program GGT.
4. Hasil
dapat dilihat pada alat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemeriksaan
GGT merupakan salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati.
Pada praktikum ini tidak ditemukan hasil pemeriksaan sebab tidak dilakukan praktikum, sebab
ketidak-tersediaannya reagen yang akan digunakan pada pemeriksaan ini.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan, yaitu diharapkan untuk segera melengkapi reagen yang akan
digunakan agar praktikum dapat dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Laboratorium adalah tempat untuk menganalisa sampel dan
mengeluarkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan secara medis,
penegakkan diagnosa dokter dapat merujuk dari hasil yang
diperoleh dari laboratorium. Sampel pemeriksaan
laboratorium dapat berupa urin, darah, tinja dan sputum. Dalam pemeriksaan fungsi hati di gunakan beberapa
parameter pemeriksaan yaitu SGPT, SGOT,
GGT, Alkali phosphat dan
Bilirubin.
Pada praktikum kali ini akan di bahas mengenai
pemeriksaan alkali phosphat. Pada manusia, fosfatase alkali hadir di semua jaringan
seluruh tubuh.
Manusia dan mamalia lainnya berisi isoezime alkali fosfatase. Alkali phosphate
adalah tes lain yang mungkin dilakukan jika ada kerusakan yang ada di hati,
penyumbatan empedu dan kanker hati.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui kadar Alkali phosphate di dalam darah
C.
Manfaat
1. Sebagai
test fungsi hati dan jantung.
2. Menunjukkan
sumbatan dalam sistem saluran pembuangan dari empedu.
3.
Mendeteksi ada tidaknya
kanker tulang
D.
Prinsi
Kerja
Enzim
Phosphatase, alkalis dalam substrat P Nitriphinyl phosphat, akan membebaskan
P-nitrophenol dan bereaksi dengan NaOH menjadi senyawa Na-Nitrophenol + H2O
yang berwarna kuning.
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
Fosfatase alkali (alkaline
phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan
osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru). Enzim ini juga berasal dari usus,
tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air
susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum
apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit hati (hepatobiliar) atau
tulang.
Pada orang dewasa sebagian besar
dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar
berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar
ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut.
Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar
bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa
kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang
keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan).
Kadar ALP dapat mencapai nilai
sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis biliar primer, pada
kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit
radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan
kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu
ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan
peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol,
hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
Pada kelainan tulang, kadar ALP
meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang)
yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi
pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena
pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan
ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati
dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tidak cukup
jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-isoenzim lain, maka dipakai
pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan
tulang. Enzim-enzim itu adalah 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase
(LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alkohol, karena itu
GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada
untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.
Metode pengukuran kadar ALP umumnya
adalah kolorimetri dengan menggunakan alat (misalnya
fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis.
Elektroforesis isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan
pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Masalah Klinis :
1.
PENINGKATAN KADAR : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati,
sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara,
prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur,
myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid
(aktif), ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin,
linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol,
fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid, beberapa kontrasepsi
oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat.
2.
PENURUNAN KADAR : hipotiroidisme, malnutrisi,
sariawan/skorbut (kekurangan vit C), hipofosfatasia, anemia pernisiosa,
isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
- Sampel
hemolisis,
- Pengaruh
obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat),
- Pemberian
albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,
- Usia
pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP),
- Kehamilan
trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan
kadar ALP.
BAB
III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Mikropipet
4. Yellow
tip
5. Blue
tip
6. Photometer/Microlab
300
B. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan, yaitu :
1.
Serum pasien
2. Tissue
C.
Reagensia
1. R1 :
Diethanolamine 1,02 mol/l pH 9,8
Magnesium
klorida 0,51 mmol/l
2. R2 : p-nitrofenilfosfat
10 mmol/l
D. Prosedur Kerja
a. Pembuatan
monoreagent :
a) Reagent
Start
Monoreagent
|
Tabung
|
Reagen
1
|
1.600
µl
|
Reagen
2
|
400
µl
|
Campur
selama ± 1 menit
|
b) Sample
Start
Bahan
|
Test
|
Monoreagent ( R1 + R2 )
|
1.000 µl
|
Sampel
|
20 µl
|
Aquadest
|
|
Campur, inkubasi 1 menit pada suhu
370C.
Hasil diukur pada Mikrolab 300.
|
b. Nilai
Normal :
Jenis
Kelamin
|
30oC
|
37oC
|
Pria
|
30
– 90 IU/L
|
5
– 25 IU/L
|
Wanita
|
45
– 132 IU/L
|
8
– 18 IU/L
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemeriksaan
ALP merupakan salah satu pemeriksaan yang bertujuan untuk mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati
dan tulang. Pada praktikum ini tidak ditemukan hasil pemeriksaan sebab tidak dilakukan praktikum, sebab
ketidak-tersediaannya reagen yang akan digunakan pada pemeriksaan ini.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan, yaitu diharapkan untuk segera melengkapi reagen yang akan
digunakan agar praktikum dapat dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel
atau liver function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur
enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya
digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit atau
kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini
dilakukan secara berkala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan
hati, ketika Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu
seperti jaundice (ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari
pembuluh balik (vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan,
tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan
tes lain yang mungkin memerlukan persiapan khusus.
Hati merupakan salah satu organ yang paling besar dalam
tubuh manusia. Berlokasi di abdomen (perut) bagian atas kanan dan di balik
rusuk-rusuk bagian bawah. Hati memetabolisme dan mendetoksifikasi obat-obatan
dan unsur-unsur yang berbahaya bagi tubuh. Ia juga menghasilkan
faktor-faktor, protein dan enzim pembekuan darah, membantu keseimbangan hormon,
serta menyimpan vitamin dan mineral. Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh
hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna
lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan dan digunakan untuk keperluan
kemudian.
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu
faktor penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit.
Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik biasanya di lakukan sesuai dengan
permintaan dokter sehubungan dengan
gejala klinis dari penderita.
Pada
saat ini banyak test faal hati yang dapat di lakukan, salah satu test faal hati
adalah pemeriksaan kadar bilirubin dalam serum. Pemeriksaaan bilirubin dalam
serum dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan dapat memberikan informasi
tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara umum disamping memberikan
informasi tentang kesanggupan untuk mengkonjugasi bilirubin dan diekskresikan
ke empedu. Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect digunakan untuk menentukan
lokasi gangguan aliran darah (apakah berada di lokasi sebelum, dalam, atau
sesudah organ hati).
B.
Tujuan
1. Mengevaluasi
fungsi hepatobilier dan eritropoitik (gangguan hemolitik transfuse darah).
2. Membedakan
diagnostik ikterus dan memonitor progresifitasnya.
3. Membedakan
diagnosis obstruksi bilier (bilirubin direct) dan anemia hemolitik (bilirubin
indirect).
4. Untuk
membedakan dan menentukan apakah bayi perlu transfusi atau fototerapi karena
meningginya ankonjugated.
5. Untuk
membantu mendiagnosa penyakit hepar.
C.
Manfaat
1.
Untuk mendiagnosa adanya kelainan
pada fungsi hati.
2.
Mengetahui kadar Bilirubin di
dalam serum darah.
D.
Prinsip
Bilirubin
bereaksi dengan 4 – sulfobenzehediazonium chloride membentuk senyawa berwarna
merah (azobilirubin). Bilirubin + diazonium + ion → azobilirubin. Intensitas
warna yang terjadi sesuai dengan konsentrasi bilirubin yang diukur denan
photometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan
heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.
Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel
retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air; bilirubin yang
disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma
menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan
mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses
konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin)
masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil
melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang
terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering
dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan
bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol,
kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin
indirek atau bilirubin tidak langsung.
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya
gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin
terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk
kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.
Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan
peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik
oleh autoimun, transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi
eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran
empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga
jika kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami
kerusakan neurologis permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin
(total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan
kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin
mencapai > 3 mg/dl. Kenikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan
larut dalam lipid ganglia basalis.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai
bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan
dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran yang
digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas warna
azobilirubin.
Masalah
klinis :
1. Bilirubin
Direk
a. Peningkatan kadar
Ikterik obstruktif karena batu atau
neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis
infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat :
antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis (asam
para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretik (asetazolamid, asam
etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik
(kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa,
papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
b. Penurunan kadar
Anemia defisiensi besi. Pengaruh obat
: barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
2. Bilirubin
Indirek
a. Peningkatan kadar
Eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,
malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis
terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin
(lihat biliribin total, direk)
b. Penurunan kadar
Pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk)
Faktor
yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Makan malam yang mengandung tinggi
lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar bilirubin.
2. Wortel dan ubi jalar dapat
meningkatkan kadar bilirubin.
3. Hemolisis pada sampel darah dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
4. Sampel darah yang
terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya
akan menurun.
5. Obat-obatan tertentu dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Plasma
cup
6. Cuvet
7. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
3. Tissue
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Reagent
1 : Reagent total bilirubin
2. Reagent
2 : Reagent nitrit total
3. Reagent
3 : Reagent direct bilirubin
4. Reagent
4 : Reagent nitrit direct
D.
Prosedur
Kerja
a. Bilirubin
Total :
a) Pipet
ke dalam tabung :
Bahan
|
Blanko
|
Test
|
R1
|
1.000
µl
|
1.000 µl
|
Sampel
|
100
µl
|
100 µl
|
R2
|
-
|
100 µl
|
Campur, inkubasi 3 menit pada suhu
300C atau 2 menit pada suhu 37oC.
Baca pada Mirolab 300.
|
b. Bilirubin Direct
a) Pipet
ke dalam tabung :
Bahan
|
Blanko
|
Test
|
R3
|
1.000
µl
|
1.000 µl
|
Sampel
|
100
µl
|
100 µl
|
R4
|
-
|
10 µl
|
Campur, inkubasi 3 menit pada suhu
300C atau 2 menit pada suhu 37oC.
Baca pada Mirolab 300
|
c. Bilirubin
Indirect :
Bilirubin
Indirect = Bilirubin Total – Bilirubin Direct
d. Nilai
Normal :
Keterangan
|
Bilirubin
Total
|
Bilirubin
Direct
|
Bilirubin
Indirect
|
Dewasa
|
0,1
– 1,2 mg/dl
|
0,1
– 0,3 mg/dl
|
0,1
– 1,0 mg/dl
|
Anak
|
0,2
– 0,8 mg/dl
|
0,1
– 0,3 mg/dl
|
0,1
– 1,0 mg/dl
|
Bayi
baru lahir
|
1,0
– 12,0 mg/dl
|
0,1
– 0,3 mg/dl
|
0,1
– 1,0 mg/dl
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Pemeriksaan
Bilirubin merupakan salah satu
pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi hati. Pada praktikum ini tidak
ditemukan hasil pemeriksaan sebab tidak
dilakukan praktikum, sebab ketidak-tersediaannya reagen yang akan digunakan
pada pemeriksaan ini.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan, yaitu diharapkan untuk segera melengkapi reagen yang akan
digunakan agar praktikum dapat dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ginjal
merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi vital bagi manusia. Ginjal
merupakan organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari
sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Pada manusia normal, terdapat
sepasang ginjal yang terletak dibelakang perut, atau abdomen. Ginjal tersebut
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Dengan
menjaga keseimbangan susunan cairan ekstrasel secara tidak langsung juga
terjaga susunan cairan intrasel yang memungkinkan berfungsinya sel-sel secara
normal.
Faal ginjal
dapat terganggu oleh berbagai penyakit atau keadaan patologik baik yang
mengenai ginjal maupun yang primernya bukan pada ginjal. Keadaan ini dapat
diketahui dengan dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang berdasarkan reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau
cairan tubuh lain. Pemeriksaan kimia darah dapat meliputi uji faal hati,
jantung, ginjal, lemak darah, kadar gula darah, kelainan pankreas, elektrolit
dan membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji
faal ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah
produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang dikeluarkan lewat
urin sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat
sehingga kadarnya akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang
dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu,
kadar kreatinin darah tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan faal
ginjal.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui kadar ureum dalam darah.
2. Untuk
membantu mendiagnosa kelainan fungsi ginjal.
C.
Manfaat
Ureum
di hidrolisa oleh air dan urease untuk menghasilkan amoniak dan karbondioksida
pada reaksi modifikasi Berhelot. Ion amonium bereaksi dengan hipoklorit dan
salisilat menghasilkan endapan hijau. Absorbansi akan mengikat pada panjang
gelombang 578 nm yang merupakan konsentrasi ureum dalam sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ureum
adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan
rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg
setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang
di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Berikut merupakan beberapa
masalah klinisnya :
1.
Peningkatan
kadar
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada
peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin,
asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu
penyebab prarenal, renal, dan pascarenal.
Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal
seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme
protein seperti pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin
dan penyerapannya sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan
lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit),
cedera fisik berat, luka bakar, demam. Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal
(penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut
dapat disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam
nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis,
penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian
bawah ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin.
Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan.
Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh prostat, batu, tumor, atau
peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam
darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat
nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid,
triamteren); antibiotik (basitrasin, sefaloridin (dosis besar), gentamisin,
kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat antihipertensi
(metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol, morfin; litium karbonat;
salisilat. Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.
2.
Penurunan kadar
Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat.
Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat
dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadipengurangan sintesis
dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak
semestinya.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
C.
Reagensia
Reagensia
yang digunakan, yaitu :
1. Monoreagen
Ureum
2. Standar
Ureum.
D.
Prosedur
Kerja.
a. Menggunakan Mikrolab 300
a) Siapkan 3 tabung bersih .
b) Pada
tabung 1 masukkan 1000 µl sebagai blanko .
c) Pada
tabung 2 masukkan 1000 µl monoreagen dan tambahkan 10
µl standar sebagai standar.
d) Pada
tabung 3 masukkan 1000 µl monoreagen dan tambahkan 10 µl serum sampel untuk test .
e) Masing masing tabung di inbubasi selama 10 menit,
pada suhu 37oC
lalu
diperiksa dengan alat Mikrolab 300 yang telah di setting.
f) Kemudian
baca hasilnya.
b. Dengan
menggunakan ABX Pentra 400 :
a) Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Dengan
m,enggunakan mikropipet, pipet serum ± 400 µl, masukkan dalam cup serum.
c) Hidupkan
ABX Pentra 400.
d) Pada
menu awal ( Windows ), click/touch menu worklist.
e) Pilih
menu Patient, lalu klik tanda (+) pada bagian bawah.
f) Isilah
kolom – kolom pada bagian Patient Demographics dan Samples Characteristics
secara lengkap.
g) Beri
cek pada parameter Ureum, lalu klik tanda check.
h) Segera
masukan cup serum pada rak dan posisi yang telah ditentukan.
i)
Tunggu beberapa menit
untuk Processing.
j)
Segera amati hasil
pemeriksaan Ureum pada kolom Analysis
Result.
k) Klik
menu Print pada bagian atas, untuk didapatkan Printout hasil yang akan
diserahkan pada dokter dan pasien.
E.
Nilai
Normal
Dewasa :
7 – 20 mg/dL
Anak-anak :
5 – 18 mg/dL
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemeriksaan
Ureum merupakan salah satu pemeriksaan
yang bertujuan untuk mendiagnosa adanya
kelainan pada fungsi hati. Pada praktikum ini tidak ditemukan hasil pemeriksaan sebab tidak dilakukan praktikum, sebab
ketidak-tersediaannya reagen yang akan digunakan pada pemeriksaan ini.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan, yaitu diharapkan untuk segera melengkapi reagen yang akan
digunakan agar praktikum dapat dilakukan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemeriksaan kreatinin dalam darah
merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal.
Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita
gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan
sebagaiindikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguanfungsi
ginjal memerlukan tindakan.
Kreatinin mempunyai batasan normal yang
sempit, nilai di atas batasan ini menunjukkan semakin berkurangnya nilai ginjal
secara pasti. Disamping itu terdapat hubungan jelas antara bertambahnya nilai
kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa
perlu dilakukan cuci darah.
Pemilihan metode yang tepat juga banyak
membantu dalam melakukan pemeriksaan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
pemeriksaan kreatinin dalam darah. Deproteinasi dan tanpa deproteinasi
merupakan salah satu cara yang banyak dipakai. Deproteinasi adalah dengan
penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum sebelum melakukan
pengukuran, yang berfungsi mengendapkan protein dan senyawa – senyawa kimia
askorbat, aseto asetat, piruvat, sevalosporin dan metildopa, sedangkan cara
tanpa deproteinasi adalah tanpa penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N
atau disebut juga fixed kinetik, yaitu pengukuran kreatinin dalam
suasana alkalis dan konsentrasi di tentukan dengan ketepatan waktu pembacaan.
Kedua cara ini mungkin juga akan ditemukan hasil yang tidak sama.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui kadar kreatinin dalam darah.
2. Untuk
diagnosa kelainan fungsi ginjal.
C.
Manfaat
Dalam
suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna
yang kompleks yang berwarna kuning orange. Intensitas warna dibandingkan dengan
konsentrasi dan diukur secara fotometer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kreatinin
merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin
fosfat (creatin phosphate, CP),
suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin
kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah
kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun
keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap,
kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan masif pada otot. Kreatinin darah meningkat jika fungsi
ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan
indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar. Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia
(kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk
mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal
ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati
diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial,
dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung
kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih,
testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis.
daging sapi (kadar tinggi), unggas, dan ikan (efek minimal).
Untuk
menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu
disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan.
Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN
meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia
non-renal (prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan
ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau
transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin.
Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat,
sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui
saluran cerna. Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin
normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran
cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin
tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal,
azotemia pascarenal.
Jenis
sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan
3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan
sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi
oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Obat-obatan
yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, simetidin, asam
askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat,mitramisin,metildopa,triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat
dijumpai pada : distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis. Kadar kreatinin
diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau
analyzer kimiawi.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
Alat
– alat yang digunakan, yaitu :
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Photometer
/ Microlab 300 ( semi automatic )
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan, yaitu :
1. Serum
2. EDTA
C.
Reagensia
1. Monoreagen
Kreatinin
2. Standar
Kreatinin.
D.
Prosedur
Kerja
a. Menggunakan Mikrolab 300
a) Siapkan 3 tabung bersih .
b) Tabung
1 masukkan 1000 µl monoreagen sebagai blanko
c) Tabung 2 masukkan 1000 µl monoreagen dan tambahkan 10
µl standar creatinin
sebagai standar .
d) Tabung 3 masukkan 1000 µl monoreagen dan tambahkan 10 µl serum sampel sebagai test .
e) Masing masing di inkubasi selama 10 menit
pada suhu 37oC.
f) Periksa dengan alat Mikrolab 300 yang telah di setting .
g) Baca hasil.
b. Menggunakan ABX Pentra
400 :
a) Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Dengan
m,enggunakan mikropipet, pipet serum ± 400 µl, masukkan dalam cup serum.
c) Hidupkan
ABX Pentra 400.
d) Pada
menu awal ( Windows ), click/touch menu worklist.
e) Pilih
menu Patient, lalu klik tanda (+) pada bagian bawah.
f) Isilah
kolom – kolom pada bagian Patient Demographics dan Samples Characteristics
secara lengkap.
g) Beri
cek pada parameter Kreatin, lalu klik tanda check.
h) Segera
masukan cup serum pada rak dan posisi yang telah ditentukan.
i)
Tunggu beberapa menit
untuk Processing.
j)
Segera amati hasil
pemeriksaan Kreatin pada kolom Analysis Result.
k) Klik
menu Print pada bagian atas, untuk didapatkan Printout hasil yang akan
diserahkan pada dokter dan pasien.
c. Metode Endpoint.
a) Komposisi Reagen
R1 :
100 ml Asam pikrat
R2 :
100 ml Natrium hidroksida
Standar
: 25 ml larutan standar 2 mg/dL
atau 176,8mmol/l.
b) Persiapan Reagen
R1
+ R2: campur dengan perbandingan sama banyak
R1+R2 (1+1). Larutan standar siap dipakai.
c) Prosedur Kerja
DEPROTEINASI
|
MAKRO
|
SEMI MIKRO
|
|||||
Sampel
|
1,0
|
-
|
-
|
0,5
|
-
|
-
|
Ml
|
standar
|
-
|
1,0
|
-
|
-
|
0,5
|
-
|
Ml
|
Aquabidest
|
-
|
-
|
1,0
|
-
|
-
|
0,5
|
Ml
|
TCA
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
Ml
|
Campur, centrifuge sampel pada kecepatan tinggi 5-10
menit pada 1000 rpm
|
Panjang
gelombang : Hg 546 (500-550 nm)
Tebal
cuvet :
1 cm
Temperatur : 25oC
Pengukuran
terhadap : Blanko reagen
|
RB
|
STD
|
SPL
|
RB
|
SDT
|
SPL
|
Supernatan
|
0
|
1,0
|
1,0
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
Reagen R1 + R2
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
0,5
|
0,5
|
0,5
|
Campur, inkubasi 20 menit, ukur absorban
standar (AskL) dan sampel (Aspl) terhadap blanko reagen (RB)
|
E.
Nilai
Normal
1.
DEWASA :
Laki-laki : 0,8-1,4 mg/dl.
Perempuan:0,6-1,2mg/dl.
2.
ANAK : Bayi
baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemeriksaan
Kreatinin merupakan salah satu
pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendiagnosa adanya kelainan pada fungsi ginjal . Pada praktikum ini
tidak ditemukan hasil pemeriksaan sebab
tidak dilakukan praktikum, sebab ketidak-tersediaannya reagen yang akan
digunakan pada pemeriksaan ini.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan, yaitu diharapkan untuk segera melengkapi reagen yang akan
digunakan agar praktikum dapat dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar