BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Darah
merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang
mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat
gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Lebih
dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian
besar mengandung garam-garam terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin.
Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan.
Sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit dibuat di dalam sumsum tulang. Selain
itu, limfosit juga dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa; dan
limfosit T dibuat dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di
dekat jantung). Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di
dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel
stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel
darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah,
akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih
atau trombosit.
Kecepatan
pembentukan sel darah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika
kandungan oksigen dalam jaringan tubuh atau jumlah sel darah merah berkurang,
ginjal akan menghasilkan dan melepaskan eritropoietin (hormon yang
merangsang sumsum tulang untuk membentuk lebih banyak sel darah merah). Sumsum
tulang membentuk dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon
terhadap infeksi dan lebih banyak trombosit sebagai respon terhadap perdarahan.
Berbagai
pemeriksaan laboratorium yang berbeda dari contoh darah untuk mendiagnosis dan
memantau penyakit. Beberapa pemeriksaan mengukur komponen dan fungsi darah itu
sendiri, pemeriksaan lainnya menilai bahan-bahan dalam darah untuk menentukan
fungsi organ lainnya
Pemeriksaan
darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (CBC,
complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen
sel darah. Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu kurang
dari 1 menit terhadap setetes darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah
dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan
hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel
darah merah. Sel darah merah yang abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti
tetesan air mata, bulan sabit atau jarum.
Dengan
mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, bisa membantu
mendiagnosis suatu penyakit. Sebagai contoh sel berbentuk bulan sabit adalah
khas untuk penyakit sel sabit, sel darah merah yang kecil dapat merupakan
pertanda dari stadium awal kekurangan zat besi dan sel darah merah berbentuk
oval besar menunjukkan kekurangan asam folat atau vitamin B12 (anemia
pernisiosa). Sebagian besar pemeriksaan darah lainya membantu memantau
fungsi organ lainnya. Karena darah membawa sekian banyak bahan yang penting
untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa digunakan untuk mengetahui apa yang
terjadi di dalam tubuh. Selain itu, pemeriksaan darah relatif mudah
dilakukan. Misalnya fungsi tiroid bisa
dinilai secara lebih mudah dengan mengukur kadar hormon tiroid dalam darah
dibandingkan dengan secara langsung mengambil contoh tiroid. Demikian juga
halnya dengan pengukuran enzim-enzim hati dan protein dalam darah lebih mudah
dilakukan dibandingkan dengan mengambil contoh hati.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara pemeriksaan resistensi osmotik terhadap sel eritrosit
2. Untuk
memebedakan karakteristik sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan sel-sel
trombosit
BAB II
ISI
1.
PEMERIKSAAN
RESISTENSI OSMOTIK ( FRAGILITAS OSMOTIK)
A.
Tujuan : Untuk mengeahui ketahanan osmotik dari
dinding sel eritrosit terhadap larutan hipotonik
B.
Metode
: Sanford
C.
Prinsip : Ertrosit akan mengalami lisis, bila
dimasukan ke dalam larutan hipotonik (NaCl 0,5 %)
D.
Dasar
teori
Uji
fragilitas osmotik eritrosit dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit
menahan terjadinya hemolisis dalam larutan yang hipotonis. Hemolisis sendii
artinya pecahnya membran eritrosit, sehingga Hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya. (Plasma).
Eritrosit
akan dilarutkan dalam NaCl dalam konsentrasi hipotonis, sehingga disebut
peningkatan fragilitas ostrotik eritrosit (penurunan resistensi/ daya tahan
eritrosit). Hemolobin keluar dari sel pada masing- masing tabung yang berisi
larutan NaCl yang kadarnya berbeda- beda.
Hemolisis meningkat dapat disebabkan oleh :
a.
Fungsi lien yang dahulu
aktif, misalnya: hipersplenisire
b.
Keadaan eritrosit
abnormal yang disebabkan oleh :
1)
Congenital (turunan),
misalnya: Thalasemia, sikle cell anemia, ovalocyosis,sphenocytosis herediter.
2)
Aquired defect,
misalnya : drugs, toxin, chemical substnce, parasit, antigen- antibody
resetion.
E.
Metode kerja
a.
Alat dan Bahan
1.
Spuit
2.
Botol sampel
3.
Torniquit
4.
Darah EDTA
5.
Kapas alkohol
6.
Aquadest
7.
NaCl 0,5%
8.
Mikropipet
9.
Pipet tetes
10.
Tabung reaksi
11.
Rak tabung
b.
Prosedur kerja
1.
Siapkan larutan NaCl
0,5%, 12 tabung reaksi kecil, darah dan aquadest
2.
Teteskan 25 tetes NaCl 0,5 % ke dalam tabung reaksi 1, dan pada
tabung selanjutnya masing- masing dikurangi 1 tetes.
3.
Teteskan masing- masing
1 tetes aquadest ke setiap tabung reaksi lalu kocok hingga homogen
4.
Teteskan masing- masing
1 tetes darah ke setiap tabung reaksi lalu kocok hingga homogen.
5.
Inkubasi selama 2 jam
pada suhu kamar.
6.
Kemudian amati
resistensi maksimum dan minimum dari eritrosit.
F.
Hasil
pengamatan
No.
|
NaCl
0,5%
(tetes)
|
Aquadest
(tetes)
|
Darah
(tetes)
|
Konsentrasi
larutan
|
Warna
|
Endapan
eritrosit
|
Ket.
|
1.
|
25
|
-
|
1
|
0,50
|
jernih
|
Ada
|
-
|
2.
|
24
|
1
|
1
|
0,48
|
jernih
|
Ada
|
-
|
3.
|
23
|
2
|
1
|
0,46
|
jernih
|
Ada
|
-
|
4.
|
22
|
3
|
1
|
0,44
|
Jernih
|
Ada
|
-
|
5.
|
21
|
4
|
1
|
0,42
|
Jernih
|
Ada
|
-
|
6.
|
20
|
5
|
1
|
0,40
|
Jernih
|
Ada
|
-
|
7.
|
19
|
6
|
1
|
0,38
|
Jernih
|
Ada
|
-
|
8.
|
18
|
7
|
1
|
0,36
|
Jernih
|
Ada
|
-
|
9.
|
17
|
8
|
1
|
0,34
|
merah
|
Ada
|
Resistensi
minimal
|
10.
|
16
|
9
|
1
|
0,32
|
merah
|
Ada
|
Resistensi
minimal
|
11.
|
15
|
10
|
1
|
0,30
|
merah
|
Ada
|
Resistensi
minimal
|
12.
|
14
|
11
|
1
|
0,28
|
merah
|
Ada
|
Resistensi
minimal
|
Keterangan
:
Tabung No. 9-12 resistensi
minimal = 0,28- 0,34 %
Probandus
: Nama : Thomas T. Manu
Umur :
21 Tahun
Jenis kelamin :
Laki- laki
G.
Nilai
normal
Resistensi
minimm : 0,42- 0,46 %
Resistensi
maksimal : 0,32- 0,36 %
H.
Pembahasan
Pada
percobaan ang dilakukan, tabung 1- 12 terdapat endapan namun warna cairan yang
berbeda. Pada tabung 1-8 warna cairan jernih, sedang tabung no. 9- 12 warna
cairan merah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua tabung 1- 12 hanya
terdapat resistensi minimal yaitu, larutan NaCl 0,5 % mulai bercampur dengan
darah namun masih ada endapan darah, yaitu pada konsetrasi 0,28- 0,34 %.
Nilai
normal resistensi minimal,yaitu 0,42- 0,46 %, hal ini menunjukan atau
membuktikan bahwa konsentrasi yang diperoleh lebih rendah dari nilai normal
atau peningkatan resistensi eritrosit (penurunan fragilitas osmotik).
Faktor
utama yang mempengaruhi pemeriksaan osmotik fragility adalah bentuk eritrosit
dan permukaan eritrosit.
1.
Peningkatan fragilitas
osmotik ditemukan pada penderita anemia hemolitik
2.
Penurunan fragilitas
osmotik ditemukan pada penderita hati
sickle, dan thalasemia.
Faktor yang mempengaruhi temuan
laboratorium, yaitu :
1.
pH , Plasma, suhu,
konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah
2.
Eritrosit yang berumur
lama cenderung memiliki fragilitas osmotik yang tinggi.
3.
Sampel darah yang diambil lebih dari 1 jam dapat
menunjukan peningkatan fragilitas osmotik
I.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada fraglitas osmotik dapat disimpulkan, probandus tidak
memiliki resistensi maksimal, dan nilai
resistensi minimal : 0,28- 0,34 %, yang berarti di bawah nilai normal, yaitu:
0,42- 0,46 %
2. PEMERIKSAAN SISTEM ERITROPOIESIS (PEMBENTUKAN SEL DARAH MERAH)
A. Tujuan
Untuk melihat
keadaan sel-sel darah merah di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk
anak inti dan kesan sitoplasma
B. Manfaat
Membedakan
karakteristik sel-sel dalam eritrosit
C. Prinsip
Setetes darah
dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur
II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga
berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada
sel muda menjadi warna biru/pink
D. Dasar Teori
Setiap orang memproduksi sekitar 1012
eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur
dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel progenitor CFUGEMM
(unit pembentuk koloni granulosit, eritroid, monosit, dan megakariosit), BFUE
(unit pembentuk letusan eritroid), dan CFU eritroid yang menjadi prekursor
eritrosit dan dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas.
Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah
dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah
pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung hemoglobin yang makin banyak
dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya
RNA dan aparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi
makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas kemudian berlanjut di
dalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung
sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin. Sel ini sedikit
lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum
tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna
merah muda seluruhnya memilki bentuk cakram bikonkaf tak berinti. Satu
pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti
(normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di luar sumsum
tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit
sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
Prekursor eritrosit paling awal adalah proeritroblas.
Sel ini relatif besar dengan garis tengah 12µm sampai 15 µm. Kromatin dalam
intinya yang bulat besar tampak berupa granula halus dan biasanya terdapat dua
nukleolus nyata. Sitoplasmanya jelas basofilik. Sementara proeritroblas
berkembang, jumlah ribosom dan polisom yang tersebar merata makin bertambah dan
lebih menonjolkan basofilianya.
Turunan proeritroblas disebut eritroblas basofilik.
Sel ini agak lebih kecil daripada proeritroblas. Intinya yang bulat lebih kecil
dan kromatinnya lebih padat. Sitoplasmanya bersifat basofilik merata karena
banyak polisom, tempat pembuatan rantai globin untuk hemoglobin.
Sel pada tahap perkembangan eritroid disebut
eritroblas polikromatofilik. Warna polikromatofilik yang tampak terjadi akibat
polisom menangkap zat warna basa pada pulasan darah, sementara hemoglobin yang
dihasilkan mengambil eosin. Inti eritroblas polikromatofilik agak lebih kecil
daripada inti eritroblas basofilik, dan granula kromatinnya yang kasar
berkumpul sehingga mengakibatkan inti tampak sangat basofilik. Pada tahap ini
tidak tampak anak inti. Eritroblas polikromatofilik merupakan sel paling akhir
pada seri eritroid yang akan membelah.
Pada tahap pematangan berikutnya disebut dengan
normoblas, inti yang terpulas gelap mengecil dan piknotik. Inti ini secara
aktif dikeluarkan sewaktu sitoplasmanya masih agak polikromatofilik, dan
terbentuklah eritrosit polikromatofilik. Eritrosit polikromatofilik lebih mudah
dikenali sebagai retikulosit dengan polisom yang masih terdapat dalam
sitoplasma berupa retikulum.
Tahapan proses pembentukan eritrosit sebagai berikut :
1. Proeritroblas (Rubriblast, Erythroblast,Proerythroblast)
Ini adalah sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit dan dianggap
sebagaihasil diferensiasi hemositoblas atau sel induk pluripoten, dengan cara
terlibatnya sel progenitor eritroid. Proeritroblas adalah sel yang terbesar,
dengan diameter sekitar 15-20 µm. inti mempunyai ppola kromatin yang seragam,
yang lebih nyata daripada pola kromatinhemositoblas, serta satu atau dua anak
inti yang mencolok. Jumlah sitoplasma lebih banyak daripada hemositoblas dan
bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis,
proeritoblas, menjadi eritroblas basofil.
2. normoblas basofil (prorubrisit)
Eritroblas basofil agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameter
rata-rata 10 µm. intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar
dan anak inti b iasanya tidak jelas. Sitoplasma jarang basofil, menunjukkan
peningkatan lebih lanjut dari jumlah ribosom bebas dan poliribosom. Hemoglobin
terus dibentuk tetapi tertutup oleh basofil.
3. Normoblas polikromatofil (rubrisit)
Eritroblas basofil membelah berkali-kali secar mitosis dan menghasilkan
sel-sel yang memerlukan hemoglobin cukup untuk dapat diperlihatkan didalam
sediaan yang diwarnai. Intieritroblas polikromatofil mempunyai jala kromatin
lebih padat daripada eritoblas basofil dan selnya lebih kecil.
4. Normoblas (metarubrisit atau eritroblas
ortokromatik)
Metarubrisit berukuran 8 hingga 11 mikron atau sedikit lebih besar dari eritrosit. Inti metarubrisit kecil,
berkormatin padat letakknya eksentrik atau mendekati pinggir sitoplasma, dan
berwarna biru gelap. Sitoplasma metarubrisit mulai didominasi oleh warna merah karena hemoglobin yang terbentuk semakin banyak.
5. Retikulosit ( Polychromatophilic Red
Cell )
Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan
matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan
dalam pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit,
retikulosit tidak memiliki inti sel (nukelus). Sel ini disebut retikulost
karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler ini hanya
dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu
seperti perwarnaa supravital dengan metilen biru baru.
E. Alat, Bahan dan Reagen
1.
Alat : Objeck glass
2. Bahan
: darah tepi, sedian apus sum-sum tulang normal
3. Reagen
: Cat giemza
F. Prosedur
1. Siapkan
alat dan bahan
2. Buat
apusan darah tipis dan keringkan
3. Warnai
dengan giemza dan amati di bawah mikroskop pada perbesaran 40 x, 100 x
SEL SERI ERITROPOESIS
3. PEMERIKSAAN SISTEM GRANULOPOIESIS
(PEMBENTUKAN SEL DARAH PUTIH )
A. Tujuan
Untuk melihat
keadaan sel-sel darah putih di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk
anak inti dan kesan sitoplasma
B. Manfaat
Membedakan karakteristik
sel-sel dalam granulosit
C. Prinsip
Setetes darah
dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur
II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga
berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada
sel muda menjadi warna biru/pink.
D. Dasar Teori
Tahapan pertama perkembangan granulosit yang dapat
dikenali di bawah mikroskop adalah mieloblas. Mieoblas ini berbentuk bulat
besar dengan garis tengah 15 µm sampai 20 µm. Sitoplasma yang agak basofilik
itu sebagian besar tidak mengandung granula. Inti yang bulat sangat besar
dengan kromatin halus tersebar merata, dan dua atau lebih anak inti yang nyata.
Tahapan berikutnya dalam seri leukosit granular,
disebut promielosit, biasanya adalah tahapan pertama yang dapat dikenali. Namun
karena satu-satunya granula yang dibentuk pada tahapan ini adalah granula
azurofilik yang hanya satu jenisnya, maka tidaklah mungkin membedakan ketiga
jenis promielosit berbeda (promielosit neutrofil, eosinofil, dan basofil).
Meskipun demikian promielosit tampak sebagai sel sangat besar dengan gambaran
kromatin yang agak lebih kasar, anak inti jelas, dan lebih banyak sitoplasma
yang sedikit basofilik yang mengandung sejumlah granula azurofilik berwarna
ungu.
Jadi pada tahapan promielosit semua granula neutrofil
adalah dari jenis azurofilik. Sisterna RE kasar tersebar di dalam sitoplasma,
dengan kompleks golgi nyata dekat inti pada bagian yang sedikit melekuk.
Produksi granula azurofilik yang bersifat peroksidase positif dan merupakan
lisosom, oleh golgi segera berhenti dan jumlahnya berkurang selama pematangan
berikutnya menjadi granulosit matang.
Tahapan berikutnya dalam pematangan granulosit, yaitu
pembentukan mielosit, menyangkut pengecilan sel selain perubahan pada inti dan
sitoplasma. Jika inti promielosit hanya bertakik kecil, inti mielosit yang
lebih lonjong itu bertakik lebih dalam dan menempati posisi yang lebih
eksentris di dalam sel. Biasanya sel demikian belum disebut mielosit sampai sel
itu mengandung lebih kurang selusin granula di dalam sitoplasmanya. Namun
mielosit yang lebih matang mungkin cukup padat terisi granula. Granula spesifik
yang muncul pada tahap inti memungkinkan dibedakan tiga jenis mielosit berbeda,
dengan jumlah mielosit neutrofilik yang terbanyak. Ketiga jenis mielosit
berbeda itu terus berkembang matang menjadi tiga granulosit berbeda.
Sejak tahap mielosit neutrofilik, granula neutrofilik
yang berasal dari Golgi mulai mengumpul. Granula spesifik ini lebih kecil,
kurang kedap elektron, dan lebih kuat daripada granula azurofilik, lagi pula
tidak bersifat peroksidase positif.
Ciri khas tahapan pematangan berikutnya yang disebut
metamielosit ialah bahwa intinya mengambil bentuk mirip ginjal. Di sini pun
dapat dikenali tiga jenis metamielosit berbeda berdasarkan warna granula
spesifiknya. Pematangan berlanjut dalam setiap seri granulosit yang mengecil
ukuran sel dan mengubah bentuk inti, mula-mula ke bentuk batang (tapal kuda)
dan kemudian menjadi bentuk segmen (berlobus) yang menjadi ciri granulosit
matang.
Sejumlah besar granulosit matang terdapat berupa
cadangan di dalam jaringan mieloid. Endotoksin bakterial diketahui memicu
penglepasan pembebasan sel-sel cadangan ini ke dalam darah tepi.
Bahasan yang telah dipaparkan secara umum di atas dapat diperinci sebagai
berikut.
1.
Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit, dan diperkirakan berasal dari hemositoblas dengan perantaraan sel sejenis menengah. Besarnya berbeda-beda dengan melalui bentuk peralihan diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti. Mikrograf elektron menunjukkan bahwa sitoplasma, yang sedikit dan agak lebih basofil daripada hemositoblas, mengandung banyak mitokondria dan ribosom bebas, tetapi sedikit unsur retikulum endoplasma granular.
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit, dan diperkirakan berasal dari hemositoblas dengan perantaraan sel sejenis menengah. Besarnya berbeda-beda dengan melalui bentuk peralihan diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti. Mikrograf elektron menunjukkan bahwa sitoplasma, yang sedikit dan agak lebih basofil daripada hemositoblas, mengandung banyak mitokondria dan ribosom bebas, tetapi sedikit unsur retikulum endoplasma granular.
2.
Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mieloblas. Intinya bulat atau lonjong, dengan heterokromatin perifer padat, serta anak inti yang tak jelas. Pada umumnya sitoplasma basofil, tetapi dapat memperlihatkan daerah yang asidofil setempat. Ciri-ciri sel tersebut adalah adanya granula azurofil padat yang tersebar. Granula primer, atau granula non spesifik ini dianggap merupakan suatu jenis khusus lisosom primer.
Sel ini agak lebih besar dari mieloblas. Intinya bulat atau lonjong, dengan heterokromatin perifer padat, serta anak inti yang tak jelas. Pada umumnya sitoplasma basofil, tetapi dapat memperlihatkan daerah yang asidofil setempat. Ciri-ciri sel tersebut adalah adanya granula azurofil padat yang tersebar. Granula primer, atau granula non spesifik ini dianggap merupakan suatu jenis khusus lisosom primer.
3.
Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi, perubahan yang penting adalah timbulnya granula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Karena granula azurofil primer hanya dihasilkan dalam tahap promielosit, jumlah dalam masing-masing selnya berkurang dengan pembelahan setiap mielosit. Mielosit-mielosit juga memperlihatkan pengurangan ukuran, diameter berkisar 10µm dan berkurangnya sifat basofil sitoplasma. Di sini kandungan heterikromatin inti meningkat dan pada mielosit akhir, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi, perubahan yang penting adalah timbulnya granula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Karena granula azurofil primer hanya dihasilkan dalam tahap promielosit, jumlah dalam masing-masing selnya berkurang dengan pembelahan setiap mielosit. Mielosit-mielosit juga memperlihatkan pengurangan ukuran, diameter berkisar 10µm dan berkurangnya sifat basofil sitoplasma. Di sini kandungan heterikromatin inti meningkat dan pada mielosit akhir, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.
4.
Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian berhenti membelah. Sel-sel hasil akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit adalah bentuk muda leukosit granular, yang mengandung granula khas. Inti pada mulanya berbentuk tapal kuda, kemudian lambat laun terbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Metamielosit basofil berbeda dengan dua jenis metamielosit yang lain dalam hal intinya tidak berdiferensiasi ke dalam lobus yang jelas. Jadi sukar membedakan metamielosit basofil dengan leukosit basofil yang dewasa. Sel dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah.
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian berhenti membelah. Sel-sel hasil akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit adalah bentuk muda leukosit granular, yang mengandung granula khas. Inti pada mulanya berbentuk tapal kuda, kemudian lambat laun terbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Metamielosit basofil berbeda dengan dua jenis metamielosit yang lain dalam hal intinya tidak berdiferensiasi ke dalam lobus yang jelas. Jadi sukar membedakan metamielosit basofil dengan leukosit basofil yang dewasa. Sel dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah.
Pada masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil
jauh lebih banyak daripada eosinofil dan basofil. Prekursor leukosit granular,
jumlahnya jauh lebih besar dari progenitor eritrosit. Jumlah leukosit muda yang
lebih besar dari “leluhur” eritrosit adalah berlawanan dengan jumlahnya di
dalam darah. Perbedaan dalam hubungannya dengan jumlah untuk sebagian dapat
dijelaskan oleh kenyataan bahwa eritrosit dapat hidup lebih lama dalam
peredaran darah daripada leukosit.
Kehilangan leukosit dari peredaran darah menyebabkan peningkatan kecepatan
penglepasan sel tersebut dari sumsum tulang, dan kehilangan lebih besar
menginduksi kenaikan kecepatan diferensiasi sel induk seri granulosit. Ini
memberi kesan bahwa produksi granulosit diatur oleh suatu mekanisme humoral
yang masih belum jelas.
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel
raksasa (diameter 30-100µm atau lebih), yang dianggap berasal dari
hemositoblas. Sel ini merupakan cirikhas untuk sumsum tulang mamalia dewasa,
dan dapat dijumpai juga dalam jaringan hemopoetik (hati,limfe) selama
perkembangan embrio. Inti berlobi secara kompleks, dan masing-masing lobus mungkin
berhimpitan atau dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin.
Sitoplasma mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil
setempat. Batas sel sering tidak nyata, karena tonjolan-tonjolan sitoplasma
semacam mirip meluas melewati dinding sinusoid.
Megakariosit dikatakan berasal dari hemositoblas melalui tahap peralihan
yaitu megakarioblas. Megakarioblas dapat dibedakan dari hemositoblas oleh
sifat-sifat intinya, yaitu inti besar, dan sering kali berlekuk, dan
heterokromatin perifernya padat. Sitoplasma homogen dan basofil. Megakarioblas
berdiferensiasi menjadi megakariosit melalui cara pembelahan inti yang aneh
yaitu intinya mengalami banyak kali pembelahan mitosis tanpa pembelahan
sitoplasma. Jumlah mitosis tidak diketahui. Setelah mereka terbentuk,
megakariosit membentuk tonjolan-tonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Pengamatan dengan mikroskop elektron memperlihatkan
perkembangan yang luas dari membran-membran permukaan licin di dalam sitoplasma,
jadi memisahkannya menjadi bagian-bagian ruangan kecil dan menggambarkan jumlah
keping-keping darah yang akan datang. Granula sitoplasma azurofil membentuk
kromomer keping darah itu. Sesudah pembentukan saluran-saluran pembatas oleh
membran-membran, bagian-bagian ruangan tersebut dengan mudah berpisah untuk
menjadi keping-keping darah bebas. Megakariosit umurnya pendek, dan tahap-tahap
degenerasi biasanya dapat dilihat. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai
keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur.
a. Neutrofil
Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima lobus,
dan sitoplasma yang pucat dengan garis batas tidak beraturan mengandung banyak
granula merah muda-biru (azurofilik) atau kelabu-biru. Granula tersebut
dibedakan menjadi granula primer yang tampak pada stadium promielosit, dan
sekunder (spesifik) yang tampak pada periode meilosit dan dominan pada netrofil
matur. Kedua jenis granula berasal dari lisosom. Lama hidup neutrofil dalam
darah hanya sekitar 10 jam.
Prekursor neutrofil secara normal tidak tampak dalam darah tetapi terdapat
dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah mieloblas,
yaitu suatu sel dalam berbagai ukuran dengan inti yang besar berkromatin halus
dan biasanya memiliki dua sampai lima nukleolus. Sitoplasmanya bersifat netral
dan tidak terdapat granular sitoplasma. Sumsum tulang normal mengandung 4%
mieloblas. Melalui pembelahan sel, mielobals menghasilkan promielosit yang
berukuran sedikit lebih besar dan telah membentuk granula primer dalam
sitoplasmanya. Sel-sel ini kemudian menghasilkan mielosit yang mempunyai
granula spesifik atau sekunder. Kromatin inti sekarang lebih padat dan anak inti
tidak tampak. Melalui pembelahan sel, mielosit menghasilkan metamielosit, yaitu
sel yang tidak membelah, berinti melekuk atau berbentuk tapal kuda, dan
sitoplasmanya dipenuhi oleh granula primer dan sekunder. Bentuk neutrofil
antarmetamielosit dan neutrofil yang benar-benar matur disebut “batang” atau
netrofil “muda. ” Sel-sel ini dapat ditemukan dalam darah tepi normal.
Neutrofil batang tidak mengandung pemisahan berupa filamen tipis yang jelas
antara lobus-lobus inti seperti yang tampak pada neutrofil matur.
b. Eosinofil
Tahap pertama seri eosinofil yang secara mikroskopis
dapat dikenali adalah mielosit eosinofilik. Pada tahap metamielosit, inti yang
bertakik sedikit telah berkembang menjadi alur melingkar yang makin dalam
sampai akhirnya inti terbagi menjadi dua lobus yang dihubungkan oleh benang
tipis. Pematangan eosinofil juga meliputi pemadatan kromatin secara pulasan
tidak segelap inti neutrofil matang. Granula spesifik eosinofil berkembang
dengan cara yang sama denga lisosom pada jenis sel lain.
Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula
sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih
dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali, tetapi stadium yang
lebih awal tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu transit
eosinofil dalam darah lebih lama daripada neutrofil. Sel ini memasuki eksudat
inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi, pertahanan terhadap
parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
c. Basofil
Inti mielosit basofilik mengalami perubahan tidak
sebanyak yang terjadi pada pembentukan neutrofil. Pada tahap metamielosit
mungkin timbul konstriksi tidak teratur, namun biasanya berkembang menjadi
berlobus dua. Kromatin basofil tetap padat secara tidak sempurna dan relatif
terpulas ringan. Sebaliknya granula spesifik terpulas sangat gelap, dan bila
terdapat di atas inti akan menutupi inti ini. Berbeda dengan granula spesifik
eosinofil, granula spesifik basofil merupakan granula ekskresi.
Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel
ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap, menutupi inti, serta
mengandung heparin dan histamin. Di dalam jaringan, basofil berubah menjadi sel
mast. Basofil mempunyai tempat perlekatan imunoglobulin E dan degranulasinya
disertai dengan pelepasan histamin.
SERI SEL GRANULOPOESIS
|
Ukuran
|
Inti
|
Sitoplasma
|
Gambar
|
||||||||
Letak
|
Bentuk
|
Warna
|
Kromatin
|
Membran Inti
|
Anak Inti
|
Jumlah
|
Warna
|
Perinuklear zone
|
Ciri Granula
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mieloblas
|
10-15
|
Sentral
/ eksentrik
|
Bulat
/ Oval
|
Ungu
terang kemerahan
|
Anyaman
sangat halus
|
Sangat
halus
|
2-5
|
Sedikit
|
Biru
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
|
Promielosit
|
12-20
|
Sentral
/ eksentrik
|
Bulat
/ Oval
|
Ungu
terang kemerahan
|
Anyaman
sangat halus
|
halus
|
2-5
|
Sedang
|
Biru
|
Tidak
ada
|
azurofilik
|
|
Mielosit
|
12-18
|
Eksentrik
|
Oval
sedikit berlekuk
|
Ungu
kemerahan
|
Halus
cenderung kasar
|
Tidak
dapat dibedakan
|
Jarang
|
Sedang
|
Merah
jambu kebiruan
|
Tidak
ada
|
Azurofilik
& granula spesifik
|
|
Metamielosit
|
10-18
|
Sentral
/ eksentrik
|
Tapal
kuda / berlekuk
|
Ungu
terang kebiruan
|
Kromatin
biasa / oksi dapat dbedakan
|
Ada
|
Tidak
ada
|
Banyak
|
Merah
jambu
|
Tidak
ada
|
Netrofilik
/ eosinofilik / basofilik
|
|
Metamiolosit
batang
|
10-16
|
Sentral
/ Eksentrik
|
Bentuk
batang dengan ketebalan sama
|
Ungu
terang kebiruan
|
Kromatin
biasa & oksi dapat dibedakan
|
Ada
|
Tidak
ada
|
Banyak
|
Merah
jambu
|
Tidak
ada
|
Netrofilik
/ eosinofilik / basofilik
|
|
Ukuran
|
Inti
|
Sitoplasma
|
Gambar
|
||||||||
Letak
|
Bentuk
|
Warna
|
Kromatin
|
Membran Inti
|
Anak Inti
|
Jumlah
|
Warna
|
Perinuklear zone
|
Ciri Granula
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Neutrofil Segmen
|
10-15
|
Sentral
/ Eksentrik
|
2-5
lobus yang dapat dibedakan
|
Ungu
tua kebiruan
|
Agak
kasar
|
Ada
|
Tidak
ada
|
Banyak
|
Merah
jambu muda
|
Tidak
ada
|
Halus
/ merah jambu / keunguan
|
|
Eosinofil Segmen
|
10-15
|
Sentral
/ Eksentrik
|
2-3
lobus
|
Biru
keunguan
|
Kasar
|
Ada
|
Tidk
ada
|
Banyak
|
Merah
jambu
|
Tidak
ada
|
Besar,
kasar, ukuran sama, kemerahan
|
|
Basofil
|
10-15
|
Sentral
|
2-3
lobus
|
Biru
keunguan
|
Kasar,
tertutup oleh granul
|
Ada,
tidak jelas
|
Tidak
ada
|
banyak
|
-
|
-
|
-
|
|
A. Tujuan
Untuk melihat
keadaan sel-sel trombosit di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk
anak inti dan kesan sitoplasma
B. Manfaat
Membedakan
karakteristik sel-sel dalam trombosit
C. Prinsip
Setetes darah
dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur
II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga
berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada
sel muda menjadi warna biru/pink
D. Dasar Teori
Keping darah, lempeng darah, trombosit adalah sel anuclear
nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan
dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari
megakariosit. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam
mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk
darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000
keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan,
sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti,
berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila
tersentuh benda kasar.
Fungsi Trombosit
:
1.
Hemostatis
2.
modulasi respons inflamasi
3.
sitotoksik sebagai sel efektor penyembuhan jaringan
Trombopoesis :
Pengaturan produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor trombopoetik, yaitu sejenis hormon yang analog dengan eritropoetin yang disebut trombopoetin.
Trombopoietin merupakan hormon ligan c-Mpl yang disintesis hati dan organ lain, dan disekresi ke dalam sirkulasi darah menuju sumsum tulang. TPO memiliki berkas genetik THPO pada kromosom 3 lokasi 3q27. TPO menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi megakariosit dengan lintasan megakariositopoiesis yang menuju pada produksi keping darah.
Pengaturan produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor trombopoetik, yaitu sejenis hormon yang analog dengan eritropoetin yang disebut trombopoetin.
Trombopoietin merupakan hormon ligan c-Mpl yang disintesis hati dan organ lain, dan disekresi ke dalam sirkulasi darah menuju sumsum tulang. TPO memiliki berkas genetik THPO pada kromosom 3 lokasi 3q27. TPO menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi megakariosit dengan lintasan megakariositopoiesis yang menuju pada produksi keping darah.
Maturasi set trombosit :
1.
Megakarioblast
bentuk sel paling muda, perbanyakan inti, poliplodiasi
bentuk sel paling muda, perbanyakan inti, poliplodiasi
2.
Promegakariosit
produk poliploidiasi lanjutan dimulai di megakarioblas
produk poliploidiasi lanjutan dimulai di megakarioblas
3.
Megakariosit
produk pematangan promegakariosit, elemen yang membentuk trombosit
produk pematangan promegakariosit, elemen yang membentuk trombosit
4. Trombosit
produk pematangan sitoplasma
produk pematangan sitoplasma
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Pada pemeriksaan fragilitas osmotik, probandus tidak memiliki resistensi
maksimal dan nilai resistensi minimal : 0,28-0,34 % yang berarti di bawah nilai
normal, yaitu 0,42-0,46%.
2.
Seri eritropoiesis terdiri atas Pronormoblash, Normoblas Basofilik,
Normoblash Polikromatofil, Normoblash Asidofil, Eritrosit.
3.
Seri granulapoiesis terdiri atas Mieloblas,
Promielosit, Mielosit, Metamielosit, Metamiolosit batang, Neutrofil Segmen,Eosinofil Segmen, Basofil
4.
Seri trombopoiesis terdiri atas Megakarioblast,
Promegakariosit, Megakariosit, Trombosit
B. Saran
1.
Bagi mahasiswa, diperlukan ketelitian dan pengamatan berulang-ulang kali
agar dapat membedakan seri-seri dari
sel-sel darah
2.
Bagi institusi, ketersediaan alat dan reagen untuk pemeriksaan tidak mendukung
praktikum sehingga semaksimal mungkin dapat disediakan.
SISTEM ERITROPOIESIS
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
BENTUK
INTI
|
JUMLAH
ANAK INITI
|
CIRI-CIRI
SITOPLASMA
|
Pronomoblash
(Rubriblas)
|
|
15-25 µm
|
Bulat
|
1-2
|
Bulat dan
kadang-kadang oval, warna biru tua, dengan halo di sekitar inti, tidak ada
granularitas, kromatin butir kasar, rasio inti tinggi, nucleolus hampir tidak
terlihat/ relative besar.
|
Normoblas
Basofilik
|
|
13-18 µm
|
Bulat
|
Tidak terlihat
|
Bulat dan
kadang-kadang berubah bentuk, warna biru tua, tidak ada granularitas,
kromatin gelap, awal kondensasi, rasio inti tinggi, nucleolus tidak terlihat.
|
Normoblas
Polikromatik
|
|
10-15 µm
|
Bulat
|
Tidak
ada
|
Bulat dan kadang
berubah bentuk, abu-abu, tidak ada granularitas, kromatin gelap, kondensasi
tegas, rasio inti sedang, nucleolus tidak terlihat.
|
Normoblas
Piknotik
|
|
8-12 µm
|
Bulat
|
Tidak
ada
|
Bulat, sering
berubah bentuk, warna merah jambu atau sama dengan eritrosit, tidak ada
granularitas tipe kromatin kondensasi gelap dan pekat, rasio inti rendah,
nucleolus tidak terlihat.
|
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
BENTUK
INTI
|
JUMLAH
ANAK INITI
|
CIRI-CIRI
SITOPLASMA
|
Retikulosit/
Eritrosit
|
|
8-12 µm
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Bulat, warnanya
pucat, granula tunggal atau multiple, pekat, lembayung.
|
SISTEM TROMBOPOIESIS
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
BENTUK
INTI
|
JUMLAH
ANAK INITI
|
CIRI-CIRI
SITOPLASMA
|
Megakarioblas
|
|
20 – 30 µm
|
Bulat,
oval atau tidak teratur
|
1 atau 2
|
Bulat,
kadang-kadang oval, biru tua, tidak ada granularitas, kromatin gelap dan
homogen, rasio inti tinggi, nucleolus biasanya tak terlihat.
|
Promegakariosit
|
|
30 – 70 µm
|
Tidak
teratur, berlobus
|
Terbagi
menjadi 2 atau 4 lobus
|
Oval kadang-kadang
bulat, warna biru dengan bintik merah jambu, kadang-kadang sitoplasma berisi
vakuola besar, granularitas mulai tampak halus berwarna merah jambu, tipe
kromatin padat, rasio inti rendah, nucleolus tidak terlihat
.
|
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
BENTUK
INTI
|
JUMLAH
ANAK INITI
|
CIRI-CIRI
SITOPLASMA
|
Megakariosit
|
|
< 100
µm
|
Multilobuler
tidak teratur
|
Tidak kelihatan
|
Oval,
kadang-kadang bulat, warna ungu atau kadang merah jambu, granularitas merah
jambu muda, tipe kromatin padat, rasio inti rendah atau sangat rendah,
nucleolus tidak terlihat
|
Trombosit
|
|
1 – 4 µm
|
Tidak
teratur
|
Tidak
kelihatan
|
Bulat atau oval,
dengan pinggir tidak teratur, berwarna biru, granul ungu halus mengisi bagian
tengah trombosit, pinggir tipis tanpa granul pada bagian tepi sel. Granul
yang sedikit atau tidak ada di dalam trombosit merupakan suatu
anomalimorfologis.
|
SISTEM GRANULAPOIESIS
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
INTI
|
SITOPLASMA
|
|||||||
LETAK
|
BENTUK
|
WARNA
|
KROMATIN
|
MEMBRAN
INTI
|
ANAK
INTI
|
JUMLAH
|
WARNA
|
CIRI-CIRI
GRANULA
|
|||
Myeloblash
|
|
15-25 µm
|
Di tengah
|
Oval, kadang-kadang tidak teratur,
jarang bulat
|
Biru kemerah merahan
|
Halus dengan
tampilan retikular
|
Kadang-kadang
tidak teratur, jarang
|
1-2
|
Sedikit
|
Biru
|
Tidak ada atau sedikit granula azurofilik.
|
Promielosit
|
|
15-30 µm
|
Tersebar
|
Oval
|
Biru
kemerahan
|
Awal
kondensasi
|
Bulat
dan besar
|
Tdk
jelas, banyak
|
Oval
|
Biru muda, halo jelas
|
Pekat dan padat, banyak azurofilik
|
Mielosit
|
|
15-25 µm
|
Di tengah dan kadang tidak teratur
|
Oval
atau berbentuk ginjal
|
Biru
keunguan
|
Memadat sebagian
|
Tidak
teratur
|
Tidak
jelas, lebih sedikit
|
Mengikuti bentuk inti, tipis
|
Biru muda atau Merah jambu, halo
terlihat
|
Banyak azurofilik pekat dan granulasi
neutrofil
|
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
INTI
|
SITOPLASMA
|
|||||||
LETAK
|
BENTUK
|
WARNA
|
KROMATIN
|
MEMBRAN
INTI
|
ANAK
INTI
|
JUMLAH
|
WARNA
|
CIRI-CIRI
GRANULA
|
|||
Metamielosit
batang
|
|
14-20 µm
|
Tersebar
|
Tapal
kuda, cekungan
|
Biru tua
keunguan
|
Kondensasi,
menggumpal
|
Mengikuti
bentuk inti, tipis
|
Tidak
terlihat
|
Sedikit
|
Merah muda keunguan
|
Sangat sedikit azurofilik dan beberapa
neutrifilik
|
Neutrofil
|
|
12–15
µm
|
Di tengah
|
Stab/
band
|
Merah
terang
|
Bulat
bulat berkumpul/ seperti anggur
|
Tidak
teratur
|
Lobus 3-5
|
Diantara
2-5 lobus
|
Merah
lembayung
|
Bersifat netral dan tidak mengambil
warna, halus
|
Eusinofil
|
|
15-30 µm
|
Tidak
tentu
|
Oval
atau bulat
|
Merah
terang
|
Awal
kondensasi
|
Segmen
|
Lobus
1-2
|
merata
|
Merah
gelap
|
Sangat berlebih, partikel granula
eusinofilik, beberapa granula azurofilik
|
TIPE
|
GAMBAR
|
UKURAN
|
INTI
|
SITOPLASMA
|
|||||||
LETAK
|
BENTUK
|
WARNA
|
KROMATIN
|
MEMBRAN
INTI
|
ANAK
INTI
|
JUMLAH
|
WARNA
|
CIRI-CIRI
GRANULA
|
|||
Basofilik
|
|
12-18 µm
|
Tersebar
|
Oval
|
Biru
|
Kondensasi
|
Oval, kadang tidak teratur
|
Banyak
|
1-3
|
Merah
muda terang
|
Sangat gelap dan basofilik, granula
dalam bermaca-macam ukuran, banyak bentuk.
|
Chemicals used in industries gives me Leukemia and it's all started when I wanted to get off my job to get another job that when I got diagnose, at that very point I was so scared to die because it has infected my blood cells also I was prescribed drugs like Cyclophosphamide,Busulfan,Bosutinib,Cytarabine, Cytosar-U (Cytarabine),Dasatinib in all that was just to keep me waiting for my dying day. I got inspired by what I read from a lady on blog spot on how Dr God hands cure her HIV/Aids with herbal medicine then they were lettered below that says he can cure Cancer so I pick his contact on the testimony she wrote then I emailed Dr God hands hopefully he replied swiftly to my mail then I purchased his Herbal medicine also it was shipped to me here in Texas, I went to pick it at post office so he instructs me on how the treatment will take me three weeks to cure my Leukemia Disease, Joyfully I was cured by this Dr God hands Herbal Medicine.
BalasHapusI will advise you too to give a try to Dr God hands Herbal Medicine with the following diseases that he can help you cure permanently such diabetes, Herpes, HIV/Aids, Bladder Cancer, Breast Cancer,Parkinson's disease,Lung Cancer, Breast Cancer, Colo-Rectal Cancer, Blood Cancer, Prostate Cancer,Arthritis,Fibromyalgia,Adrenocortical carcinoma. Asthma, Cold, Glaucoma, Cardiovascular disease, Lung disease, Enlarged prostate, Alzheimer's disease, Dementia, Vaginal Cancer, Kidney Cancer, Lung Cancer, Skin Cancer, Uterine Cancer, Prostate Cancer, Colo_Rectal Cancer, Leukemia Cancer, Hepatitis, Brain Tumors, Love Spell, Infertility, Hpv. GoodLuck, XoXo****Dr Owo Ibuku Also known as Doctor God hands Contact Information:::Email (doctorgodhands@gmail.com) WhatsApp-(+2349057214220)