Senin, 04 Juni 2012

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang sebagian besar mengandung garam-garam terlarut dan protein.  Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein lainnya adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan.
Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dibuat di dalam sumsum tulang. Selain itu, limfosit juga dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa; dan limfosit T dibuat dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung). Kelenjar thymus hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit.
Kecepatan pembentukan sel darah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika kandungan oksigen dalam jaringan tubuh atau jumlah sel darah merah berkurang, ginjal akan menghasilkan dan melepaskan eritropoietin (hormon yang merangsang sumsum tulang untuk membentuk lebih banyak sel darah merah). Sumsum tulang membentuk dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon terhadap infeksi dan lebih banyak trombosit sebagai respon terhadap perdarahan.
Berbagai pemeriksaan laboratorium yang berbeda dari contoh darah untuk mendiagnosis dan memantau penyakit. Beberapa pemeriksaan mengukur komponen dan fungsi darah itu sendiri, pemeriksaan lainnya menilai bahan-bahan dalam darah untuk menentukan fungsi organ lainnya
Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah lengkap (CBC, complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar dari komponen sel darah. Sebuah mesin otomatis melakukan pemeriksaan ini dalam waktu kurang dari 1 menit terhadap setetes darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin; hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah. Sel darah merah yang abnormal bisa pecah atau berbentuk seperti tetesan air mata, bulan sabit atau jarum.
Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, bisa membantu mendiagnosis suatu penyakit. Sebagai contoh sel berbentuk bulan sabit adalah khas untuk penyakit sel sabit, sel darah merah yang kecil dapat merupakan pertanda dari stadium awal kekurangan zat besi dan sel darah merah berbentuk oval besar menunjukkan kekurangan asam folat atau vitamin B12 (anemia pernisiosa). Sebagian besar pemeriksaan darah lainya membantu memantau fungsi organ lainnya. Karena darah membawa sekian banyak bahan yang penting untuk fungsi tubuh, pemeriksaan darah bisa digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, pemeriksaan darah relatif mudah dilakukan.  Misalnya fungsi tiroid bisa dinilai secara lebih mudah dengan mengukur kadar hormon tiroid dalam darah dibandingkan dengan secara langsung mengambil contoh tiroid. Demikian juga halnya dengan pengukuran enzim-enzim hati dan protein dalam darah lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mengambil contoh hati.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan resistensi osmotik terhadap sel eritrosit
2.      Untuk memebedakan karakteristik sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan sel-sel trombosit



















BAB II
ISI

1.        PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK ( FRAGILITAS OSMOTIK)

A.           Tujuan  : Untuk mengeahui ketahanan osmotik dari dinding sel eritrosit terhadap larutan hipotonik
B.            Metode : Sanford
C.           Prinsip  : Ertrosit akan mengalami lisis, bila dimasukan ke dalam larutan hipotonik (NaCl 0,5 %)
D.            Dasar teori
              Uji fragilitas osmotik eritrosit dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis dalam larutan yang hipotonis. Hemolisis sendii artinya pecahnya membran eritrosit, sehingga Hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya. (Plasma).
              Eritrosit akan dilarutkan dalam NaCl dalam konsentrasi hipotonis, sehingga disebut peningkatan fragilitas ostrotik eritrosit (penurunan resistensi/ daya tahan eritrosit). Hemolobin keluar dari sel pada masing- masing tabung yang berisi larutan NaCl yang kadarnya berbeda- beda.
   Hemolisis meningkat dapat disebabkan oleh :
a.       Fungsi lien yang dahulu aktif, misalnya: hipersplenisire
b.      Keadaan eritrosit abnormal yang disebabkan oleh :
1)      Congenital (turunan), misalnya: Thalasemia, sikle cell anemia, ovalocyosis,sphenocytosis herediter.
2)      Aquired defect, misalnya : drugs, toxin, chemical substnce, parasit, antigen- antibody resetion.
E.     Metode kerja
a.       Alat dan Bahan
1.      Spuit                           
2.      Botol sampel
3.      Torniquit                                 
4.      Darah EDTA
5.      Kapas alkohol
6.      Aquadest                    
7.      NaCl 0,5%
8.      Mikropipet                              
9.      Pipet tetes
10.  Tabung reaksi
11.  Rak tabung
b.      Prosedur kerja
1.      Siapkan larutan NaCl 0,5%, 12 tabung reaksi kecil, darah dan aquadest
2.      Teteskan 25 tetes  NaCl 0,5 % ke dalam tabung reaksi 1, dan pada tabung selanjutnya masing- masing dikurangi 1 tetes.
3.      Teteskan masing- masing 1 tetes  aquadest ke setiap tabung  reaksi lalu kocok hingga homogen
4.      Teteskan masing- masing 1 tetes darah ke setiap tabung reaksi lalu kocok hingga homogen.
5.      Inkubasi selama 2 jam pada suhu kamar.
6.      Kemudian amati resistensi maksimum dan minimum dari eritrosit.

F.     Hasil pengamatan
No.
NaCl 0,5%
(tetes)
Aquadest
(tetes)
Darah
(tetes)
Konsentrasi larutan
Warna
Endapan eritrosit
Ket.
1.
25
-
1
0,50
jernih
Ada
-
2.
24
1
1
0,48
jernih
Ada
-
3.
23
2
1
0,46
jernih
Ada
-
4.
22
3
1
0,44
Jernih
Ada
-
5.
21
4
1
0,42
Jernih
Ada
-
6.
20
5
1
0,40
Jernih
Ada
-
7.
19
6
1
0,38
Jernih
Ada
-
8.
18
7
1
0,36
Jernih
Ada
-
9.
17
8
1
0,34
merah
Ada
Resistensi minimal
10.
16
9
1
0,32
merah
Ada
Resistensi minimal
11.
15
10
1
0,30
merah
Ada
Resistensi minimal
12.
14
11
1
0,28
merah
Ada
Resistensi minimal

Keterangan :
                 Tabung No. 9-12 resistensi minimal = 0,28- 0,34 %

Probandus : Nama                   : Thomas T. Manu
                  Umur                     : 21 Tahun
                  Jenis kelamin         : Laki- laki

G.    Nilai normal
Resistensi minimm      : 0,42- 0,46 %
Resistensi maksimal    : 0,32- 0,36 %

H.    Pembahasan
                 Pada percobaan ang dilakukan, tabung 1- 12 terdapat endapan namun warna cairan yang berbeda. Pada tabung 1-8 warna cairan jernih, sedang tabung no. 9- 12 warna cairan merah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua tabung 1- 12 hanya terdapat resistensi minimal yaitu, larutan NaCl 0,5 % mulai bercampur dengan darah namun masih ada endapan darah, yaitu pada konsetrasi 0,28- 0,34 %.
                 Nilai normal resistensi minimal,yaitu 0,42- 0,46 %, hal ini menunjukan atau membuktikan bahwa konsentrasi yang diperoleh lebih rendah dari nilai normal atau peningkatan resistensi eritrosit (penurunan fragilitas osmotik).
                 Faktor utama yang mempengaruhi pemeriksaan osmotik fragility adalah bentuk eritrosit dan permukaan eritrosit.
1.      Peningkatan fragilitas osmotik ditemukan pada penderita anemia hemolitik
2.      Penurunan fragilitas osmotik  ditemukan pada penderita hati sickle, dan thalasemia.

           Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium, yaitu :
1.      pH , Plasma, suhu, konsentrasi glukosa, dan saturasi oksigen pada darah
2.      Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas osmotik yang tinggi.
3.      Sampel  darah yang diambil lebih dari 1 jam dapat menunjukan peningkatan fragilitas osmotik

I.       Simpulan
                 Berdasarkan hasil pengamatan pada fraglitas osmotik dapat disimpulkan, probandus tidak memiliki  resistensi maksimal, dan nilai resistensi minimal : 0,28- 0,34 %, yang berarti di bawah nilai normal, yaitu: 0,42- 0,46 %







2.      PEMERIKSAAN SISTEM ERITROPOIESIS (PEMBENTUKAN SEL DARAH MERAH)

A.    Tujuan
Untuk melihat keadaan sel-sel darah merah di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk anak inti dan kesan sitoplasma
B.     Manfaat
Membedakan karakteristik sel-sel dalam eritrosit
C.    Prinsip
Setetes darah dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada sel muda menjadi warna biru/pink
D.    Dasar Teori

Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel progenitor CFUGEMM (unit pembentuk koloni granulosit, eritroid, monosit, dan megakariosit), BFUE (unit pembentuk letusan eritroid), dan CFU eritroid yang menjadi prekursor eritrosit dan dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung hemoglobin yang makin banyak dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan aparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas kemudian berlanjut di dalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin. Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya memilki bentuk cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di luar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
Prekursor eritrosit paling awal adalah proeritroblas. Sel ini relatif besar dengan garis tengah 12µm sampai 15 µm. Kromatin dalam intinya yang bulat besar tampak berupa granula halus dan biasanya terdapat dua nukleolus nyata. Sitoplasmanya jelas basofilik. Sementara proeritroblas berkembang, jumlah ribosom dan polisom yang tersebar merata makin bertambah dan lebih menonjolkan basofilianya.
Turunan proeritroblas disebut eritroblas basofilik. Sel ini agak lebih kecil daripada proeritroblas. Intinya yang bulat lebih kecil dan kromatinnya lebih padat. Sitoplasmanya bersifat basofilik merata karena banyak polisom, tempat pembuatan rantai globin untuk hemoglobin.
Sel pada tahap perkembangan eritroid disebut eritroblas polikromatofilik. Warna polikromatofilik yang tampak terjadi akibat polisom menangkap zat warna basa pada pulasan darah, sementara hemoglobin yang dihasilkan mengambil eosin. Inti eritroblas polikromatofilik agak lebih kecil daripada inti eritroblas basofilik, dan granula kromatinnya yang kasar berkumpul sehingga mengakibatkan inti tampak sangat basofilik. Pada tahap ini tidak tampak anak inti. Eritroblas polikromatofilik merupakan sel paling akhir pada seri eritroid yang akan membelah.
Pada tahap pematangan berikutnya disebut dengan normoblas, inti yang terpulas gelap mengecil dan piknotik. Inti ini secara aktif dikeluarkan sewaktu sitoplasmanya masih agak polikromatofilik, dan terbentuklah eritrosit polikromatofilik. Eritrosit polikromatofilik lebih mudah dikenali sebagai retikulosit dengan polisom yang masih terdapat dalam sitoplasma berupa retikulum.

Tahapan proses pembentukan eritrosit sebagai berikut :

1. Proeritroblas  (Rubriblast, Erythroblast,Proerythroblast)
Ini adalah sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit dan dianggap sebagaihasil diferensiasi hemositoblas atau sel induk pluripoten, dengan cara terlibatnya sel progenitor eritroid. Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20 µm. inti mempunyai ppola kromatin yang seragam, yang lebih nyata daripada pola kromatinhemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang mencolok. Jumlah sitoplasma lebih banyak daripada hemositoblas dan bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritoblas, menjadi eritroblas basofil.
2. normoblas basofil (prorubrisit)
Eritroblas basofil agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameter rata-rata 10 µm. intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar dan anak inti b iasanya tidak jelas. Sitoplasma jarang basofil, menunjukkan peningkatan lebih lanjut dari jumlah ribosom bebas dan poliribosom. Hemoglobin terus dibentuk tetapi tertutup oleh basofil.
3. Normoblas polikromatofil (rubrisit)
Eritroblas basofil membelah berkali-kali secar mitosis dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin cukup untuk dapat diperlihatkan didalam sediaan yang diwarnai. Intieritroblas polikromatofil mempunyai jala kromatin lebih padat daripada eritoblas basofil dan selnya lebih kecil.
4. Normoblas (metarubrisit atau eritroblas ortokromatik)
Metarubrisit berukuran 8 hingga 11 mikron atau sedikit lebih besar dari eritrosit. Inti metarubrisit kecil, berkormatin padat letakknya eksentrik atau mendekati pinggir sitoplasma, dan berwarna biru gelap. Sitoplasma metarubrisit mulai didominasi oleh warna merah karena hemoglobin yang terbentuk semakin banyak.
5. Retikulosit ( Polychromatophilic Red Cell )
Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit, retikulosit tidak memiliki inti sel (nukelus). Sel ini disebut retikulost karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler ini hanya dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu seperti perwarnaa supravital dengan metilen biru baru.

E.       Alat, Bahan dan Reagen
1.      Alat : Objeck glass
2.      Bahan : darah tepi, sedian apus sum-sum tulang normal
3.      Reagen : Cat giemza
F.     Prosedur
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Buat apusan darah tipis dan keringkan
3.      Warnai dengan giemza dan amati di bawah mikroskop pada perbesaran 40 x, 100 x

SEL SERI ERITROPOESIS



                                                                                                                                                    

























3.      PEMERIKSAAN SISTEM GRANULOPOIESIS (PEMBENTUKAN SEL DARAH PUTIH )

A.    Tujuan
Untuk melihat keadaan sel-sel darah putih di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk anak inti dan kesan sitoplasma
B.     Manfaat
Membedakan karakteristik sel-sel dalam granulosit
C.    Prinsip
Setetes darah dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada sel muda menjadi warna biru/pink.

D.    Dasar Teori
Tahapan pertama perkembangan granulosit yang dapat dikenali di bawah mikroskop adalah mieloblas. Mieoblas ini berbentuk bulat besar dengan garis tengah 15 µm sampai 20 µm. Sitoplasma yang agak basofilik itu sebagian besar tidak mengandung granula. Inti yang bulat sangat besar dengan kromatin halus tersebar merata, dan dua atau lebih anak inti yang nyata.
Tahapan berikutnya dalam seri leukosit granular, disebut promielosit, biasanya adalah tahapan pertama yang dapat dikenali. Namun karena satu-satunya granula yang dibentuk pada tahapan ini adalah granula azurofilik yang hanya satu jenisnya, maka tidaklah mungkin membedakan ketiga jenis promielosit berbeda (promielosit neutrofil, eosinofil, dan basofil). Meskipun demikian promielosit tampak sebagai sel sangat besar dengan gambaran kromatin yang agak lebih kasar, anak inti jelas, dan lebih banyak sitoplasma yang sedikit basofilik yang mengandung sejumlah granula azurofilik berwarna ungu.
Jadi pada tahapan promielosit semua granula neutrofil adalah dari jenis azurofilik. Sisterna RE kasar tersebar di dalam sitoplasma, dengan kompleks golgi nyata dekat inti pada bagian yang sedikit melekuk. Produksi granula azurofilik yang bersifat peroksidase positif dan merupakan lisosom, oleh golgi segera berhenti dan jumlahnya berkurang selama pematangan berikutnya menjadi granulosit matang.
Tahapan berikutnya dalam pematangan granulosit, yaitu pembentukan mielosit, menyangkut pengecilan sel selain perubahan pada inti dan sitoplasma. Jika inti promielosit hanya bertakik kecil, inti mielosit yang lebih lonjong itu bertakik lebih dalam dan menempati posisi yang lebih eksentris di dalam sel. Biasanya sel demikian belum disebut mielosit sampai sel itu mengandung lebih kurang selusin granula di dalam sitoplasmanya. Namun mielosit yang lebih matang mungkin cukup padat terisi granula. Granula spesifik yang muncul pada tahap inti memungkinkan dibedakan tiga jenis mielosit berbeda, dengan jumlah mielosit neutrofilik yang terbanyak. Ketiga jenis mielosit berbeda itu terus berkembang matang menjadi tiga granulosit berbeda.
Sejak tahap mielosit neutrofilik, granula neutrofilik yang berasal dari Golgi mulai mengumpul. Granula spesifik ini lebih kecil, kurang kedap elektron, dan lebih kuat daripada granula azurofilik, lagi pula tidak bersifat peroksidase positif.
Ciri khas tahapan pematangan berikutnya yang disebut metamielosit ialah bahwa intinya mengambil bentuk mirip ginjal. Di sini pun dapat dikenali tiga jenis metamielosit berbeda berdasarkan warna granula spesifiknya. Pematangan berlanjut dalam setiap seri granulosit yang mengecil ukuran sel dan mengubah bentuk inti, mula-mula ke bentuk batang (tapal kuda) dan kemudian menjadi bentuk segmen (berlobus) yang menjadi ciri granulosit matang.
Sejumlah besar granulosit matang terdapat berupa cadangan di dalam jaringan mieloid. Endotoksin bakterial diketahui memicu penglepasan pembebasan sel-sel cadangan ini ke dalam darah tepi.
Bahasan yang telah dipaparkan secara umum di atas dapat diperinci sebagai berikut.

1.      Mieloblas
          Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari seri granulosit, dan diperkirakan berasal dari hemositoblas dengan perantaraan sel sejenis menengah. Besarnya berbeda-beda dengan melalui bentuk peralihan diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti. Mikrograf elektron menunjukkan bahwa sitoplasma, yang sedikit dan agak lebih basofil daripada hemositoblas, mengandung banyak mitokondria dan ribosom bebas, tetapi sedikit unsur retikulum endoplasma granular.

2.      Promielosit
          Sel ini agak lebih besar dari mieloblas. Intinya bulat atau lonjong, dengan heterokromatin perifer padat, serta anak inti yang tak jelas. Pada umumnya sitoplasma basofil, tetapi dapat memperlihatkan daerah yang asidofil setempat. Ciri-ciri sel tersebut adalah adanya granula azurofil padat yang tersebar. Granula primer, atau granula non spesifik ini dianggap merupakan suatu jenis khusus lisosom primer.
3.      Mielosit
          Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit. Pada proses diferensiasi, perubahan yang penting adalah timbulnya granula spesifik, dengan ukuran, bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Karena granula azurofil primer hanya dihasilkan dalam tahap promielosit, jumlah dalam masing-masing selnya berkurang dengan pembelahan setiap mielosit. Mielosit-mielosit juga memperlihatkan pengurangan ukuran, diameter berkisar 10µm dan berkurangnya sifat basofil sitoplasma. Di sini kandungan heterikromatin inti meningkat dan pada mielosit akhir, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.

4.      Metamielosit
          Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil kemudian berhenti membelah. Sel-sel hasil akhir pembelahan adalah metamielosit. Metamielosit adalah bentuk muda leukosit granular, yang mengandung granula khas. Inti pada mulanya berbentuk tapal kuda, kemudian lambat laun terbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Metamielosit basofil berbeda dengan dua jenis metamielosit yang lain dalam hal intinya tidak berdiferensiasi ke dalam lobus yang jelas. Jadi sukar membedakan metamielosit basofil dengan leukosit basofil yang dewasa. Sel dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah.
Pada masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih banyak daripada eosinofil dan basofil. Prekursor leukosit granular, jumlahnya jauh lebih besar dari progenitor eritrosit. Jumlah leukosit muda yang lebih besar dari “leluhur” eritrosit adalah berlawanan dengan jumlahnya di dalam darah. Perbedaan dalam hubungannya dengan jumlah untuk sebagian dapat dijelaskan oleh kenyataan bahwa eritrosit dapat hidup lebih lama dalam peredaran darah daripada leukosit.
Kehilangan leukosit dari peredaran darah menyebabkan peningkatan kecepatan penglepasan sel tersebut dari sumsum tulang, dan kehilangan lebih besar menginduksi kenaikan kecepatan diferensiasi sel induk seri granulosit. Ini memberi kesan bahwa produksi granulosit diatur oleh suatu mekanisme humoral yang masih belum jelas.
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel raksasa (diameter 30-100µm atau lebih), yang dianggap berasal dari hemositoblas. Sel ini merupakan cirikhas untuk sumsum tulang mamalia dewasa, dan dapat dijumpai juga dalam jaringan hemopoetik (hati,limfe) selama perkembangan embrio. Inti berlobi secara kompleks, dan masing-masing lobus mungkin berhimpitan atau dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat. Batas sel sering tidak nyata, karena tonjolan-tonjolan sitoplasma semacam mirip meluas melewati dinding sinusoid.
Megakariosit dikatakan berasal dari hemositoblas melalui tahap peralihan yaitu megakarioblas. Megakarioblas dapat dibedakan dari hemositoblas oleh sifat-sifat intinya, yaitu inti besar, dan sering kali berlekuk, dan heterokromatin perifernya padat. Sitoplasma homogen dan basofil. Megakarioblas berdiferensiasi menjadi megakariosit melalui cara pembelahan inti yang aneh yaitu intinya mengalami banyak kali pembelahan mitosis tanpa pembelahan sitoplasma. Jumlah mitosis tidak diketahui. Setelah mereka terbentuk, megakariosit membentuk tonjolan-tonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai keping-keping darah. Pengamatan dengan mikroskop elektron memperlihatkan perkembangan yang luas dari membran-membran permukaan licin di dalam sitoplasma, jadi memisahkannya menjadi bagian-bagian ruangan kecil dan menggambarkan jumlah keping-keping darah yang akan datang. Granula sitoplasma azurofil membentuk kromomer keping darah itu. Sesudah pembentukan saluran-saluran pembatas oleh membran-membran, bagian-bagian ruangan tersebut dengan mudah berpisah untuk menjadi keping-keping darah bebas. Megakariosit umurnya pendek, dan tahap-tahap degenerasi biasanya dapat dilihat. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur.



a.      Neutrofil
Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima lobus, dan sitoplasma yang pucat dengan garis batas tidak beraturan mengandung banyak granula merah muda-biru (azurofilik) atau kelabu-biru. Granula tersebut dibedakan menjadi granula primer yang tampak pada stadium promielosit, dan sekunder (spesifik) yang tampak pada periode meilosit dan dominan pada netrofil matur. Kedua jenis granula berasal dari lisosom. Lama hidup neutrofil dalam darah hanya sekitar 10 jam.
Prekursor neutrofil secara normal tidak tampak dalam darah tetapi terdapat dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah mieloblas, yaitu suatu sel dalam berbagai ukuran dengan inti yang besar berkromatin halus dan biasanya memiliki dua sampai lima nukleolus. Sitoplasmanya bersifat netral dan tidak terdapat granular sitoplasma. Sumsum tulang normal mengandung 4% mieloblas. Melalui pembelahan sel, mielobals menghasilkan promielosit yang berukuran sedikit lebih besar dan telah membentuk granula primer dalam sitoplasmanya. Sel-sel ini kemudian menghasilkan mielosit yang mempunyai granula spesifik atau sekunder. Kromatin inti sekarang lebih padat dan anak inti tidak tampak. Melalui pembelahan sel, mielosit menghasilkan metamielosit, yaitu sel yang tidak membelah, berinti melekuk atau berbentuk tapal kuda, dan sitoplasmanya dipenuhi oleh granula primer dan sekunder. Bentuk neutrofil antarmetamielosit dan neutrofil yang benar-benar matur disebut “batang” atau netrofil “muda. ” Sel-sel ini dapat ditemukan dalam darah tepi normal. Neutrofil batang tidak mengandung pemisahan berupa filamen tipis yang jelas antara lobus-lobus inti seperti yang tampak pada neutrofil matur.

b.      Eosinofil
Tahap pertama seri eosinofil yang secara mikroskopis dapat dikenali adalah mielosit eosinofilik. Pada tahap metamielosit, inti yang bertakik sedikit telah berkembang menjadi alur melingkar yang makin dalam sampai akhirnya inti terbagi menjadi dua lobus yang dihubungkan oleh benang tipis. Pematangan eosinofil juga meliputi pemadatan kromatin secara pulasan tidak segelap inti neutrofil matang. Granula spesifik eosinofil berkembang dengan cara yang sama denga lisosom pada jenis sel lain.
Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali, tetapi stadium yang lebih awal tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu transit eosinofil dalam darah lebih lama daripada neutrofil. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.

c.       Basofil
Inti mielosit basofilik mengalami perubahan tidak sebanyak yang terjadi pada pembentukan neutrofil. Pada tahap metamielosit mungkin timbul konstriksi tidak teratur, namun biasanya berkembang menjadi berlobus dua. Kromatin basofil tetap padat secara tidak sempurna dan relatif terpulas ringan. Sebaliknya granula spesifik terpulas sangat gelap, dan bila terdapat di atas inti akan menutupi inti ini. Berbeda dengan granula spesifik eosinofil, granula spesifik basofil merupakan granula ekskresi.
Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap, menutupi inti, serta mengandung heparin dan histamin. Di dalam jaringan, basofil berubah menjadi sel mast. Basofil mempunyai tempat perlekatan imunoglobulin E dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin.







SERI SEL GRANULOPOESIS

Ukuran
Inti
Sitoplasma
Gambar
Letak
Bentuk
Warna
Kromatin
Membran Inti
Anak Inti
Jumlah
Warna
Perinuklear zone
Ciri Granula













Mieloblas
10-15
Sentral / eksentrik
Bulat / Oval
Ungu terang kemerahan
Anyaman sangat halus
Sangat halus
2-5
Sedikit
Biru
Tidak ada
Tidak ada
Promielosit
12-20
Sentral / eksentrik
Bulat / Oval
Ungu terang kemerahan
Anyaman sangat halus
halus
2-5
Sedang
Biru
Tidak ada
azurofilik
Mielosit
12-18
Eksentrik
Oval sedikit berlekuk
Ungu kemerahan
Halus cenderung kasar
Tidak dapat dibedakan
Jarang
Sedang
Merah jambu kebiruan
Tidak ada
Azurofilik & granula spesifik
Metamielosit
10-18
Sentral / eksentrik
Tapal kuda / berlekuk
Ungu terang kebiruan
Kromatin biasa / oksi dapat dbedakan
Ada
Tidak ada
Banyak
Merah jambu
Tidak ada
Netrofilik / eosinofilik /  basofilik
Metamiolosit batang
10-16
Sentral / Eksentrik
Bentuk batang dengan ketebalan sama
Ungu terang kebiruan
Kromatin biasa & oksi dapat dibedakan
Ada
Tidak ada
Banyak
Merah jambu
Tidak ada
Netrofilik / eosinofilik /  basofilik












Ukuran
Inti
Sitoplasma
Gambar
Letak
Bentuk
Warna
Kromatin
Membran Inti
Anak Inti
Jumlah
Warna
Perinuklear zone
Ciri Granula













Neutrofil Segmen
10-15
Sentral / Eksentrik
2-5 lobus yang dapat dibedakan
Ungu tua kebiruan
Agak kasar
Ada
Tidak ada
Banyak
Merah jambu muda
Tidak ada
Halus / merah jambu / keunguan
Eosinofil Segmen
10-15
Sentral / Eksentrik
2-3 lobus
Biru keunguan
Kasar
Ada
Tidk ada
Banyak
Merah jambu
Tidak ada
Besar, kasar, ukuran sama, kemerahan
Basofil
10-15
Sentral
2-3 lobus
Biru keunguan
Kasar, tertutup oleh granul
Ada, tidak jelas
Tidak ada
banyak
-
-
-







































4.      PEMERIKSAAN SISTEM TROMBOPOESIS (PEMBENTUKAN SEL TROMBOSIT)

A.      Tujuan
Untuk melihat keadaan sel-sel trombosit di dalam tubuh, seperti ukuran, bentuk inti, bentuk anak inti dan kesan sitoplasma
B.     Manfaat
Membedakan karakteristik sel-sel dalam trombosit
C.    Prinsip
Setetes darah dipaparkan diatas objeck glasss, diwarnai dan diamati di bawah mikroskop. Azur II yang bersifat basah akan mengikat inti sel yang berisi kromatin, sehingga berwarna ungu, sedangkan eosin yang bersifat asam akan mewarnai sitoplasma pada sel muda menjadi warna biru/pink
D.    Dasar Teori

Keping darah, lempeng darah, trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Fungsi Trombosit :
1.      Hemostatis
2.      modulasi respons inflamasi
3.      sitotoksik sebagai sel efektor penyembuhan jaringan

Trombopoesis :
            Pengaturan produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor trombopoetik, yaitu sejenis hormon yang analog dengan eritropoetin yang disebut trombopoetin.
Trombopoietin merupakan hormon ligan c-Mpl yang disintesis hati dan organ lain, dan disekresi ke dalam sirkulasi darah menuju sumsum tulang. TPO memiliki berkas genetik THPO pada kromosom 3 lokasi 3q27. TPO menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi megakariosit dengan lintasan megakariositopoiesis yang menuju pada produksi keping darah.

Maturasi set trombosit :
1.      Megakarioblast
bentuk sel paling muda, perbanyakan inti, poliplodiasi
2.      Promegakariosit
produk poliploidiasi lanjutan dimulai di megakarioblas
3.      Megakariosit
produk pematangan promegakariosit, elemen yang membentuk trombosit
4.      Trombosit
produk pematangan sitoplasma



BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
1.      Pada pemeriksaan fragilitas osmotik, probandus tidak memiliki resistensi maksimal dan nilai resistensi minimal : 0,28-0,34 % yang berarti di bawah nilai normal, yaitu 0,42-0,46%.
2.      Seri eritropoiesis terdiri atas Pronormoblash, Normoblas Basofilik, Normoblash Polikromatofil, Normoblash Asidofil, Eritrosit.
3.      Seri granulapoiesis terdiri atas Mieloblas, Promielosit, Mielosit, Metamielosit, Metamiolosit batang, Neutrofil Segmen,Eosinofil Segmen, Basofil
4.      Seri trombopoiesis terdiri atas Megakarioblast, Promegakariosit, Megakariosit, Trombosit

B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa, diperlukan ketelitian dan pengamatan berulang-ulang kali agar dapat  membedakan seri-seri dari sel-sel darah
2.      Bagi institusi, ketersediaan alat dan reagen untuk pemeriksaan tidak mendukung praktikum sehingga semaksimal mungkin dapat disediakan.



SISTEM ERITROPOIESIS
TIPE
GAMBAR
UKURAN
BENTUK INTI
JUMLAH ANAK INITI
CIRI-CIRI SITOPLASMA
Pronomoblash (Rubriblas)
15-25 µm
Bulat
1-2







Bulat dan kadang-kadang oval, warna biru tua, dengan halo di sekitar inti, tidak ada granularitas, kromatin butir kasar, rasio inti tinggi, nucleolus hampir tidak terlihat/ relative besar.
Normoblas Basofilik
13-18 µm
Bulat
Tidak terlihat





Bulat dan kadang-kadang berubah bentuk, warna biru tua, tidak ada granularitas, kromatin gelap, awal kondensasi, rasio inti tinggi, nucleolus tidak terlihat.
Normoblas Polikromatik
10-15 µm
Bulat
Tidak ada





Bulat dan kadang berubah bentuk, abu-abu, tidak ada granularitas, kromatin gelap, kondensasi tegas, rasio inti sedang, nucleolus tidak terlihat.
Normoblas Piknotik
8-12 µm
Bulat
Tidak ada


Bulat, sering berubah bentuk, warna merah jambu atau sama dengan eritrosit, tidak ada granularitas tipe kromatin kondensasi gelap dan pekat, rasio inti rendah, nucleolus tidak terlihat.
TIPE
GAMBAR
UKURAN
BENTUK INTI
JUMLAH ANAK INITI
CIRI-CIRI SITOPLASMA
Retikulosit/ Eritrosit

                                                 
8-12 µm
Tidak ada
Tidak ada
Bulat, warnanya pucat, granula tunggal atau multiple, pekat, lembayung.

SISTEM TROMBOPOIESIS
TIPE
GAMBAR
UKURAN
BENTUK INTI
JUMLAH ANAK INITI
CIRI-CIRI SITOPLASMA
Megakarioblas
20 – 30 µm
Bulat, oval atau tidak teratur
1 atau 2
Bulat, kadang-kadang oval, biru tua, tidak ada granularitas, kromatin gelap dan homogen, rasio inti tinggi, nucleolus biasanya tak terlihat.

Promegakariosit

30 – 70 µm

Tidak teratur, berlobus

Terbagi menjadi 2 atau 4 lobus

Oval kadang-kadang bulat, warna biru dengan bintik merah jambu, kadang-kadang sitoplasma berisi vakuola besar, granularitas mulai tampak halus berwarna merah jambu, tipe kromatin padat, rasio inti rendah, nucleolus tidak terlihat
.
TIPE
GAMBAR
UKURAN
BENTUK INTI
JUMLAH ANAK INITI
CIRI-CIRI SITOPLASMA



Megakariosit


< 100 µm
Multilobuler tidak teratur
Tidak kelihatan
Oval, kadang-kadang bulat, warna ungu atau kadang merah jambu, granularitas merah jambu muda, tipe kromatin padat, rasio inti rendah atau sangat rendah, nucleolus tidak terlihat

Trombosit
1 – 4 µm
Tidak teratur
Tidak kelihatan
Bulat atau oval, dengan pinggir tidak teratur, berwarna biru, granul ungu halus mengisi bagian tengah trombosit, pinggir tipis tanpa granul pada bagian tepi sel. Granul yang sedikit atau tidak ada di dalam trombosit merupakan suatu anomalimorfologis.

SISTEM GRANULAPOIESIS
TIPE
GAMBAR
UKURAN
INTI
SITOPLASMA
LETAK
BENTUK
WARNA
KROMATIN
MEMBRAN INTI
ANAK INTI
JUMLAH
WARNA
CIRI-CIRI GRANULA
Myeloblash
15-25 µm
Di tengah
Oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat
Biru kemerah merahan
Halus dengan tampilan retikular
Kadang-kadang tidak teratur, jarang
1-2
Sedikit
Biru  
Tidak ada atau sedikit granula azurofilik.
Promielosit
15-30 µm
Tersebar
Oval
Biru kemerahan
Awal kondensasi
Bulat dan besar
Tdk jelas, banyak
Oval
Biru muda, halo jelas
Pekat dan padat, banyak azurofilik
Mielosit
15-25 µm
Di tengah dan kadang tidak teratur
Oval atau berbentuk ginjal
Biru keunguan
Memadat sebagian
Tidak teratur
Tidak jelas, lebih sedikit
Mengikuti bentuk inti, tipis
Biru muda atau Merah jambu, halo terlihat
Banyak azurofilik pekat dan granulasi neutrofil
TIPE
GAMBAR
UKURAN
INTI
SITOPLASMA
LETAK
BENTUK
WARNA
KROMATIN
MEMBRAN INTI
ANAK INTI
JUMLAH
WARNA
CIRI-CIRI GRANULA
Metamielosit batang
14-20 µm
Tersebar
Tapal kuda, cekungan
Biru tua keunguan
Kondensasi, menggumpal
Mengikuti bentuk inti, tipis
Tidak terlihat
Sedikit
Merah muda keunguan
Sangat sedikit azurofilik dan beberapa neutrifilik
Neutrofil
12–15 µm
Di tengah
Stab/ band
Merah terang
Bulat bulat berkumpul/ seperti anggur
Tidak teratur
Lobus  3-5
Diantara 2-5 lobus
Merah lembayung
Bersifat netral dan tidak mengambil warna, halus
Eusinofil
15-30 µm
Tidak tentu
Oval atau bulat
Merah terang
Awal kondensasi
Segmen
Lobus 1-2
merata
Merah gelap
Sangat berlebih, partikel granula eusinofilik, beberapa granula azurofilik

TIPE
GAMBAR
UKURAN
INTI
SITOPLASMA
LETAK
BENTUK
WARNA
KROMATIN
MEMBRAN INTI
ANAK INTI
JUMLAH
WARNA
CIRI-CIRI GRANULA
Basofilik
12-18 µm
Tersebar
Oval
Biru
Kondensasi
Oval, kadang tidak teratur
Banyak
1-3
Merah muda terang
Sangat gelap dan basofilik, granula dalam bermaca-macam ukuran, banyak bentuk.

1 komentar:

  1. Chemicals used in industries gives me Leukemia and it's all started when I wanted to get off my job to get another job that when I got diagnose, at that very point I was so scared to die because it has infected my blood cells also I was prescribed drugs like Cyclophosphamide,Busulfan,Bosutinib,Cytarabine, Cytosar-U (Cytarabine),Dasatinib in all that was just to keep me waiting for my dying day. I got inspired by what I read from a lady on blog spot on how Dr God hands cure her HIV/Aids with herbal medicine then they were lettered below that says he can cure Cancer so I pick his contact on the testimony she wrote then I emailed Dr God hands hopefully he replied swiftly to my mail then I purchased his Herbal medicine also it was shipped to me here in Texas, I went to pick it at post office so he instructs me on how the treatment will take me three weeks to cure my Leukemia Disease, Joyfully I was cured by this Dr God hands Herbal Medicine.
    I will advise you too to give a try to Dr God hands Herbal Medicine with the following diseases that he can help you cure permanently such diabetes, Herpes, HIV/Aids, Bladder Cancer, Breast Cancer,Parkinson's disease,Lung Cancer, Breast Cancer, Colo-Rectal Cancer, Blood Cancer, Prostate Cancer,Arthritis,Fibromyalgia,Adrenocortical carcinoma. Asthma, Cold, Glaucoma, Cardiovascular disease, Lung disease, Enlarged prostate, Alzheimer's disease, Dementia, Vaginal Cancer, Kidney Cancer, Lung Cancer, Skin Cancer, Uterine Cancer, Prostate Cancer, Colo_Rectal Cancer, Leukemia Cancer, Hepatitis, Brain Tumors, Love Spell, Infertility, Hpv. GoodLuck, XoXo****Dr Owo Ibuku Also known as Doctor God hands Contact Information:::Email (doctorgodhands@gmail.com) WhatsApp-(+2349057214220)

    BalasHapus